Nama : Sitra Wijaya
NIM :
06081002033
MK :
Psikolinguistik (Pemerolehan Fonologi)
1) a. Inti dari teori stuktural universal yang
dikembangkan oleh Jakobson (1968) adalah
pemerolehan fonologi berdasarkan sruktur-struktur universal linguistik, yakni hukum-hukum
struktural yang mengatur setiap perubahan bunyi. Maksudnya urutan perkembangan pemerolehan bahasa teratur dan tidak
berubah, meskipun taraf kemajuan tiap individu tidak sama, karena ditentukan
oleh hukum-hukum yang bersifat universal
b. 1.
Tahap membabel prabahasa, yaitu tahap di mana bunyi-bunyi yang dihasilkan bayi
tidak menunjukkan suatu
urutan perkembangan tertentu
dan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan masa pemerolehan bahasa
berikutnya. Pada tahap ini bayi
hanya melatih vokalnya dengan
mengeluarkan bunyi-bunyi tanpa tujuan tertentu atau bukan untuk berkomunikasi.
2. Tahap pemerolehan bahasa murni, yaitu bayi mengikuti suatu pemerolehan
bunnyi yang relatif universal dan tidak berubah, yang memiiki tujuan tertentu
yakni untuk berkomunikasi.
2) a. Teori Jakobson diperluas oleh
Moskowitz dengan cara menerapkan unsur-unsur fonologi generatif yang
diperkenalkan oleh Chomsky dan Halle. Berdasarkan Data Linguistik Umum (DLU), yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat yang
didengarnya sehari-hari, Moskowitz menemukan konsep dan pembentukan hipotesis
berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh kanak-kanak. Moskowitz menolak pendapat
Jakobson bahwa pemerolehan tahap fonetik berlaku dengan cara-cara yang sama
bagi semua kanak-kanak di dunia. Ia mengatakan bahwa dalam pemerolehan fonologi
tidak dapat dipastikan apakah kanak-kanak telah menguasai rumus-rumus fonologi
atau tidak. Oleh karena itu, ada alasan untuk mengatakan bahwa kanak-kanak
telah menciptakan rumus-rumus fonologinya sendiri sejak tahap awal pemerolehan
fonologinya.
b. Sejak awal pemerolehan bahasanya,
bayi telah menyadari akan perbedaan antara bunyi bahasa manusia dengan bunyi-bunyi
lain yang bukan suara
manusia. Hal ini termasuk “kemampuan nurani” yang dimiliki bayi sejak
dilahirkan. Kemampuan tersebut adalah kanak-kanak mampu menciptakan rumus-rumus
fonologinya sendiri sejak tahap awal pemerolehan fonologinya, yang berlainan
dengan rumus-rumus fonologi orang-orang dewasa.
3) a. Menurut
Stampe proses fonologi kanak-kanak bersifat nurani yang harus mengalami penindasan (supresi), pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian (internalization) representasi fonemik orang dewasa. Maksudnya
adalah suatu proses fonologi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang saling
bertentangan. Masalah yang bertentangan itu dapat dipecahkan dengan tiga cara,
yaitu
a. Menindas salah
satu dari kedua proses yang
bertentangan itu. Umpanya,
bila kanak-kanak telah menguasai bunyi-bunyi hambat bersura dalam semua
konteks, maka berarti dia telah berhasil menindas proses penghilangan suara
yang ditimbulkan oleh halangan oral
bunyi itu.
b. Membatasi
jumlah segmen atau jumlah konteks yang terlibat dalam proses itu. Misalnya,
proses penghilangan suara dibatasi hanya pada bunyi-bunyi hambat tegang saja,
sedangkan bunyi-bunyi hambat longgar tidak dilibatkan.
c. Mengatur terjadinya proses penghilangan
bunyi suara dan pengadaan suara secara berurutan. Urutannya boleh dimulai
dengan proses penghilangan bunyi suara, lalu diikuti dengan proses pengadaan bunyi bersuara. Kedua proses ini tidak mungkin terjadi secara
bersamaan.
4) a. Beda antara pendekatan segmental
dengan pendekatan nonsegmental,
yaitu pendekatan segmental
menganggap bahwa kanak-kanak memperoleh fonologi berdasarkan fonem, yang
pengkajiannya melalui data eksprimen. Sementara, pendekatan nonsegmentral
adalah pendekatan prosodi, yaitu kanak-kanak memperoleh fonologi berdasarkan
proses sosial, yang kajiannya lebih tepat dilakukan di rumah
dalam konteks sosial yang sebenarnya
daripada pengkajian data-data eksperimen.
5) Bagan
|
|
||||||||
Bagan di atas merupakan teori yang dikenalkan oleh
Ingram, yaitu teori yang menggabungkan bagian-bagian penting dari teori
Jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori Stampe dan diselaraskan dengan
teori perkembangan dari Piaget. Menurut Ingram kanak-kanak menerima sistem
fonologi orang dewasa dengan cara menciptkan strukturnya sendiri dan kemudian
mengubah struktur ini jika pengetahuanya mengenai orang dewasa semakin baik.
Selanjutnya melalui asimilasi dan akoodasi yang terus-menerus mengubah struktur
untuk menyelaraskanya dengan kenyataan.
Misal : pada tahap permulaan kanak-kanak telah
menetapkan KV (konsonan vokal) ebagai struktur kata-kata barunya, maka semua
kata baru orang dewasa akan diasimilasikan dengan pola itu. Setelah mempelajari
lebi banyak kata-kata orang dewasa, maka struktur sistem yang telah
diciptakannya akan diubah dan disesuaikan untuk dapat menampung kata-kata orang
dewasa dengan menciptakan satu pola baru yaitu KVK.
No comments:
Post a Comment