I. Pengertian Sudut Pandang dan Aspek-Aspeknya
Winahyutari (2004:131) mengemukakan,
“sudut pandang adalah cara pengarang menyampaikan ceritanya”. Pratiwi (2005:45)
menyatakan sudut pandang ialah cara menampilkan tokoh atau pelaku di dalam
cerita. Senada dengan dua pendapat di atas Ratna (2004:90), mengatakan sudut
pandang atau point of view adalah cara pengarang menampilkan para tokoh
cerita dalam cerita yang dipaparkannya. Jadi, sudut pandang adalah suatu teknik
yang digunakan pengarang dalam menampilkan pelaku dalan ceritanya. Sudut
pandang merupakan cara yang digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk
menjadikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiantoro, 2002:248). Pratiwi (2005:45) menyatakan ada tiga macam
sudut pandang, yaitu :
1) Sudut
pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan tokoh dalam ceritanya
menggunakan orang pertama, seperti aku, saya, beta,
2) Sudut
pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan tokoh dengan menggunakan
orang ketiga, seperti ia, dia, atau nama orang,
3) Sudut
pandang orang ketiga serba tahu, yaitu pengarang seolah-olah serba tahu
sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan pikiran semua
tokoh.
Menurut Abrams (dalam
Nurgiantoro, 2002:252) secara umum sudut pandang dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu.
1) Sudut pandang orang ketiga “Dia”
Pengisahan cerita menggunakan
sudut pandang personal ketiga, gaya “dia-an”, pengarang adalah seseorang yang
berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama
atau kata gantinya, seperti ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, sering
disebut dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Hal ini untuk mempermudah
pembaca dalam mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
Sudut pandang personal ketiga “Dia” dibedakan menjadi.
(1) Sudut pandang “Dia” maha tahu
Dalam sudut pandang ini
dikisahkan dari sudut “Dia”. Pengarang mengetahui berbagai hal mengenai tokoh,
peristiwa, dan tindakan termasuk motivasi yang membelakangi. Pengarang bersifat
maha tahu segala yang terjadi.
(2) Sudut pandang “Dia” sebagai pengamat
Dalam sudut pandang ini
pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikirkan, dan
dirasakan oleh tokoh cerita.
2) Sudut pandang personal pertama
“Aku”
Sudut pandang personal pertama
“Aku” dibedakan menjadi.
1) “Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang ini, “Aku”
mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik secara
batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu di luar
dirinya. Si “Aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, dan pusat cerita. Segala
sesuatu di luar si “Aku” peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan jika
berhubungan dengan dirinya atau dianggap penting.
2) “Aku” tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh
“Aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan. Tokoh
“Aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca sedang tokoh cerita yang
dikisahkan itu kemudian “dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya.
Tokoh cerita yang dibiarkan bercerita sendiri itulah kemudian menjadi tokoh
utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil membawakan berbagai peristiwa,
tindakan, dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama
selesai, si “Aku” tambahan tampil kembali dan meneruskan cerita.
3)
Sudut
pandang campuran
Sudut pandang campuran adalah
gabungan sudut pandang personal ketiga “Dia” dan sudut pandang personal pertama
“Aku”.
2. Analisis Pusat Pengisahan
dalam Cerpen “Jari-Jari Arimbi” Karya Naning Pranoto
Identitas cerpen :
Judul buku kumpulan cerpen : Sebilah Pisau Dari Tokyo
Judul cerpen : Jari-Jari
Arimbi
Pengarang : Naning
Pranoto
Tahun terbit : 2003
Penerbit : PT
Grasindo
Tempat terbit : Jakarta
Jumlah halaman : v, 124 lembar
2.1 Sinopsis Cerpen “Jari-Jari Arimbi” Karya Naning Pranoto
Cerpen
ini mengisahkan tentang seorang laki-laki yang disebut tokoh aku. Tokoh aku
menceritakan kepada sahabat lamanya yang bernama Bonar, bahwa dia akan menikahi
seorang perempuan bernama Arimbi. Betapa terkejutnya Bonar bahwa sahabatnya
tersebut akan menikahi seorang WTS dan tengah hamil muda. Bonar lalu menasehati
tokoh aku untuk berfikir ulang demi masa depannya. Apalagi setelah tokoh aku
mengatakan bahwa Arimbi juga terkena penyakit HIV.
Bonar
menyarankan agar tokoh aku menceritakan niat tersebut kepada keluarganya. Tapi
tokoh aku menolak karena tentu saja orang tuanya tidak akan menyetujui.
Bagaimana mungkin tokoh aku yang berprofesi sebagai pelukis terkenal menikahi
seorang WTS. Apalagi ada seorang wanita baik dari keluarga terpandang dan sudah
mendapatkan gelar sarjana yang mencintai tokoh aku bernama Utari. Tokoh aku
mencoba menyakinkan Bonar bahwa yang sesungguhnya dia cari adalah orang yang
bisa mengerti hati dan jiwanya, dan itu hanya ia temui pada sosok Arimbi.
Keyakinan
tersebut tokoh aku buktikan dengan menunjukkan sepasang cincin kawin. Sore itu
juga ia meminta Bonar yang telah ditunjuknya sebagai saksi nikahnya kelak untuk
datang melamar kerumah Arimbi. Namun, nasib berkata lain ketika mereka tiba di
rumah perempuan itu, ternyata Arimbi telah menggantung diri di kamar mandi 30
menit yang lalu. Tokoh aku pun mengenakan cincin kawin tersebut di jari-jari
Arimbi yang telah pergi selamanya.
2.2 Sudut Pandang
Dalam
cerpen “Jari-Jari Arimbi” Karya Naning Pranoto ini, pengarang menggunakan sudut
pandang orang pertama. Hal ini terlihat dari gaya penulisan pengarang yang
menggunakan kata “Aku” sebagai pusat tokoh dalam cerita. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan berikut yang terdapat pada awal cerita.
“Akhirnya kuputuskan: akan
kunikahi Arimbi. Orang pertama yang kuberitahu keputusanku adalah Bonar, teman
dekatku, berdarah Batak. Ini kulakukan karena aku ingin tahu reaksinya yang
spontan, jujur, seperti umumnya orang Batak. Bonar adalah bekas teman kuliahku
di ITS – Institut Teknik Surabaya”.
Hal
yang sama juga terlihat mulai dari awal cerita sampai akhir cerita pada cerpen
tersebut. Dapat dilihat dari kutipan cerita berikut ini.
“Aku kerumah Arimbi bersama
Bonar. Arimbi tinggal di Putat Jaya, sebuah kawasan lokalisasi praktik WTS di
Surabaya-Jawa Timur. Sayangnya, lamaranku terlambat, karena Arimbi telah
menggantung diri di kamar mandi, 30 menit sebelum aku dan Bonar datang”.
Thanks untk info.a.!!!!
ReplyDeletethanks
ReplyDeletethanks
ReplyDeletethank'S a lot...
ReplyDelete