Thursday 30 January 2014

Psikolinguistik (Pemerolehaan Fonologi)

Nama : Sitra Wijaya
NIM    : 06081002033
MK     : Psikolinguistik (Pemerolehan Fonologi)

1)  a. Inti dari teori stuktural universal yang dikembangkan oleh Jakobson (1968) adalah pemerolehan fonologi berdasarkan sruktur-struktur universal linguistik, yakni hukum-hukum struktural yang mengatur setiap perubahan bunyi. Maksudnya urutan perkembangan pemerolehan bahasa teratur dan tidak berubah, meskipun taraf kemajuan tiap individu tidak sama, karena ditentukan oleh hukum-hukum yang bersifat universal
 b. 1. Tahap membabel prabahasa, yaitu tahap di mana bunyi-bunyi yang dihasilkan bayi tidak menunjukkan suatu urutan perkembangan tertentu dan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan masa pemerolehan bahasa berikutnya. Pada tahap ini bayi hanya melatih vokalnya dengan mengeluarkan bunyi-bunyi tanpa tujuan tertentu atau bukan untuk berkomunikasi.
2. Tahap pemerolehan bahasa murni, yaitu bayi mengikuti suatu pemerolehan bunnyi yang relatif universal dan tidak berubah, yang memiiki tujuan tertentu yakni  untuk berkomunikasi.

2) a.     Teori Jakobson diperluas oleh Moskowitz dengan cara menerapkan unsur-unsur fonologi generatif yang diperkenalkan oleh Chomsky dan Halle. Berdasarkan Data Linguistik Umum (DLU), yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat yang didengarnya sehari-hari, Moskowitz menemukan konsep dan pembentukan hipotesis berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh kanak-kanak. Moskowitz menolak pendapat Jakobson bahwa pemerolehan tahap fonetik berlaku dengan cara-cara yang sama bagi semua kanak-kanak di dunia. Ia mengatakan bahwa dalam pemerolehan fonologi tidak dapat dipastikan apakah kanak-kanak telah menguasai rumus-rumus fonologi atau tidak. Oleh karena itu, ada alasan untuk mengatakan bahwa kanak-kanak telah menciptakan rumus-rumus fonologinya sendiri sejak tahap awal pemerolehan fonologinya.
b.    Sejak awal pemerolehan bahasanya, bayi telah menyadari akan perbedaan antara bunyi bahasa manusia dengan bunyi-bunyi lain yang bukan suara manusia. Hal ini termasuk “kemampuan nurani” yang dimiliki bayi sejak dilahirkan. Kemampuan tersebut adalah kanak-kanak mampu menciptakan rumus-rumus fonologinya sendiri sejak tahap awal pemerolehan fonologinya, yang berlainan dengan rumus-rumus fonologi orang-orang dewasa.

3) a. Menurut Stampe proses fonologi kanak-kanak bersifat nurani yang harus mengalami penindasan (supresi), pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian (internalization) representasi fonemik orang dewasa. Maksudnya adalah suatu proses fonologi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang saling bertentangan. Masalah yang bertentangan itu dapat dipecahkan dengan tiga cara, yaitu
a. Menindas salah satu dari kedua proses yang bertentangan itu. Umpanya, bila kanak-kanak telah menguasai bunyi-bunyi hambat bersura dalam semua konteks, maka berarti dia telah berhasil menindas proses penghilangan suara yang ditimbulkan oleh halangan oral bunyi itu.
b.   Membatasi jumlah segmen atau jumlah konteks yang terlibat dalam proses itu. Misalnya, proses penghilangan suara dibatasi hanya pada bunyi-bunyi hambat tegang saja, sedangkan bunyi-bunyi hambat longgar tidak dilibatkan.
c. Mengatur terjadinya proses penghilangan bunyi suara dan pengadaan suara secara berurutan. Urutannya boleh dimulai dengan proses penghilangan bunyi suara, lalu diikuti dengan proses pengadaan bunyi bersuara. Kedua proses ini tidak mungkin terjadi secara bersamaan.

4) a.     Beda antara pendekatan segmental dengan pendekatan nonsegmental, yaitu pendekatan segmental menganggap bahwa kanak-kanak memperoleh fonologi berdasarkan fonem, yang pengkajiannya melalui data eksprimen. Sementara, pendekatan nonsegmentral adalah pendekatan prosodi, yaitu kanak-kanak memperoleh fonologi berdasarkan proses sosial, yang kajiannya lebih tepat dilakukan di rumah dalam konteks sosial  yang sebenarnya daripada pengkajian data-data eksperimen.

5)  Bagan









Kata orang dewasa
 

Sistem kanak-kanak
 




 


Bagan di atas merupakan teori yang dikenalkan oleh Ingram, yaitu teori yang menggabungkan bagian-bagian penting dari teori Jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori Stampe dan diselaraskan dengan teori perkembangan dari Piaget. Menurut Ingram kanak-kanak menerima sistem fonologi orang dewasa dengan cara menciptkan strukturnya sendiri dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuanya mengenai orang dewasa semakin baik. Selanjutnya melalui asimilasi dan akoodasi yang terus-menerus mengubah struktur untuk menyelaraskanya dengan kenyataan.
Misal : pada tahap permulaan kanak-kanak telah menetapkan KV (konsonan vokal) ebagai struktur kata-kata barunya, maka semua kata baru orang dewasa akan diasimilasikan dengan pola itu. Setelah mempelajari lebi banyak kata-kata orang dewasa, maka struktur sistem yang telah diciptakannya akan diubah dan disesuaikan untuk dapat menampung kata-kata orang dewasa dengan menciptakan satu pola baru yaitu KVK.

Contoh Karangan Deskripsi Lengkap

1.     Paragraf Deskripsi Keadaan Menyenangkan
Irama hentakan kaki mengalahkan rasa lelah dalam menapaki anak tangga yang mengantarkaku ke suatu ruangan kuliah di lantai 2 gedung Bahasa dan Seni, FKIP Unsri. Ruangan yang berkapasitas 30 mahasiswa, pagi ini harus menampung 41 magasiswa yang mengikuti mata kuliah Sanggar Bahasa. Namun, kondisi tersebut bukan suatu masalah bagiku. Sentuhan suhu AC 16 ÂșC dan cahaya lampu yang menerangi hingga sudut-sudut ruangan serta kebersihan ruangan yang menyejukkan jiwa, memberikan energi bagiku untuk menyerap materi kuliah yang dijarkan hari ini. Apalagi situasi ini didukung oleh kepiwaian dosen dalam menyelipkan ajaran-ajaran moral yang dibumbui dengan gurauannya, sehingga sang surya pun berusaha menyelusup, menembus celah-celah pintulasi dan kaca yang tertutup ordeng berwarna biru seolah-oplah ingin ikut bersamaku kuliah pagi ini.


2.     Menggali Informasi Pembelajaran Membaca di SMA
Sejak duduk di SD, saya diajarkan keterampilan membaca. Keterampilan tersebut terus diajarkan dan berlanjut hingga saya duduk di bangku SMA, bahkan di bangku pun kuliah saya  menemukan mata kuliah Membaca I dan Membaca II untuk meningkatkan keterampilan berbahasa tersebut.
Dari panjangnya proses tersebut ada suatu proses yang mengawali perubahan sikap dan minat saya terhadap membaca, yaitu pembelajaran membaca yang diajarkan pada waktu saya duduk di kelas XI SMA, semester II. Kala itu, guru Bahasa Indonesia di kelas saya, Iman Yusir, selalu memotivasi kami untuk rajin membaca. Beliau pernah mengatakan “Membaca itu adalah jendela dunia. Jika kita ingin mengenal dunia, maka membacalah dengan tekun. Suatu bangsa kecerdasannya dapat diukur dari seberapa banyak masyarakatnya yang membudayakan kebiasaan membaca setiap hari”. Mendengar pernyataan tersebut, semangat dan minatku untuk membaca mulai tumbuh, tetapi itu hanya sesaat saja. Aplikasinya saya belum mengubah sikap saya terhadap membaca. Sampai suatu ketika, pada pertemuan ketiga bulan pertama dalam semester II, guru saya mulai melakukan langkah-langkah konkrit untuk mengubah sikap kami tersebut. Langkah-langkah yang dilakukannya adalah sebagai berikut.
  1. Guru mengenalkan berbagai teknik dan metode membaca, seperti SQ3R, POINT, Skimming, dan lain-lain.
  2. Selama satu bulan pada bulan pertama, guru mewajibkan kami untuk membaca sebuah novel dalam setiap satu minggu. Sebagai buktinya, kami harus membuat sinopsis buku tersebbut dan mengumpulkannya pada pertemuan berikutnya.
  3. Pada pertemuan itu, di sela-sela materi pembalajaran, secara acak guru menyuruh salah seorang siswa untuk menceritakan kembali mengenai novel yang telah dibacanya.
  4.  Pada bulan ketiga, guru kembali mewajibkan kami untuk membaca sebuah buku, dalam seminggu. Bedanya, kali ini buku yang dibaca adalah buku nonfiksi. Sebagai bukti kalau kami melakukan kegiatan tersebut, pada pertemuan berikutnya, kembali secara acak guru kami meminta salah seorang dari siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dibacanya.
  5. Bulan keempat, kami disuruh membaca koran, baik lokal maupun nasional dan berbagai jenis buku yang bervariasi. Kami diminta menyampaikan pandangan terhadap apa yang telah kami baca.
  6. Selain itu, guru juga mengajak kami belajar di perpustakaan dan laboratrium bahasa.
  7. Pada akhir semester, guru memberikan penghrgaan berupa piagam dan uang saku kepada siswa yang paling rajin mengunjungi perpustakaan.
Melalui proses tersebut awalnya saya masih terpaksa. Namun, dari mingu ke minggu minat dan sikap saya terus berangsur berubah dengan menyadari bahwa membaca adalah suatu kebutuhan yang penting, yang perlu ditanamkan dalam diri sesorang. Saya mulai menyenangi keterampilan berbahasa ini karena saya mulai menyadari manfaatnya.




3.     Mendeskripsikan Suatu Benda dengan Teknik Cubing

Joran Antenna

Joran merupkan suatu peralatan pancing yang digunakan sebagai tempat mengikatkan tali pancing. Joran ini biasanya dipegang oleh pemancing pada waktu memancing. Joran yang saya miliki adalah joran antnena. Dinamakan joran antenna karena joran jenis ini seperti antenna TV zaman dahulu yang panjangnya dapat dipendekkan. Ukuran joran saya yang panjangnya 3’6 m dapat diringkas dan dipendekkan menjadi kira-kira 60 cm saja. Dengan model seperti ini joran tersebut dapat saya bawa ke mana saja dengan lebih mudah ketika saya mau memancing.
Joran yang saya miliki adalah joran merk maguro. Joran ini terbuat dari karbon dengan warna hitam dan jika dipanjangkan seperti joran dari bambu, yang memiliki ruas-ruas. Bedanya, kalau joran dari bambu mempunyai buku-buku, sedangkan joran antenna tidak memiliki buku-buku atau dengan istilah lain tanpa spool.
Kesederhanaan dan kepraktisan joran tersebut membuat saya lebih mudah jika ingin memancing ke tempat yang lebih jauh dari rumaku,  seperti ke desa nenekku yang berjarak lebih kurang 20 km dari rumaku. Hal ini karena joran tersebut bisa saya masukkan ke dalam tas atau tempat lain ketika saya membawanya. Oleh karena itu juga, joran ini tidak hanya saya pakai untuk memancing ikan di kolam belakang rumahku atau di desaku saja. Namun, juga sering ikut bersamaku ketika saya berkunjung ke rumah nenekku karena di balakang rumah nenekku juga terdapat sungai yang luas dan panjang.
Peralatan pancing yang masih tampak baru karena perawatannya ini, merupakan hadiah dari pamanku ketika saya lulus SMP. Oleh karena itu, jika melihat joran tersebut saya juga sering teringat dengan pamanku yang suka memancing dan suka memberiku hadiah.



4. Menulis dengan Panduan
Dermaga Kerinduan

Saya merupakan Putra Daerah Bengkulu, tepatnya di desa Padang Nibung, Kecamatan Bunga Mas, Bengkulu Selatan. Di bumi sekundang setungguan inilah rumahku berdiri kokoh yang dihiasi dengan kasih sayang keluarga dan lingkungan yang damai dan bersih.
Arsitek yang sederhana menjadikan rumahku tidak mencolok dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya. Hanya saja berdirinya warung manis-manisan, sekitar 2 m dari teras depan rumah, membedakan rumah yang bercat hijau pakis ini dengan rumah-rumah yang lain. Bedanya dengan rumah-rumah yang mempunyai warung di desaku, di samping warung tersebut ada pohon jambu yang di bawahnya terdapat tempat duduk dari bambu.
Barisan bunga dengan warna-warninya yang ditanam dalam  vot di teras depan dan samping rumahku, menciptakan keindahan dan kesejukan di rumah yang sudah berumur 30 tahun ini. Kesejukan pun semakin bersahabat ketika sekitar 5 tahun yang lalu di belakang rumahku ditanam berbagai jenis tanaman seperti kopi coklat, rempah-rempah, dan sayur-sayuran. Dengan kata lain, di belakang rumahku terdapat kebun kecil yang berisi berbagai jenis tanaman. Di dalam kebun yang berukuran sekitar 15 X 20 m tersebut, juga terdapat kolam ikan, yang disi dengan ikan lele. Oleh karena itu, tak jarang juga saya dan keluarga memancing di kolam tersebut.
Rumahku terdiri dari empat kamar tidur. Galery dan tempatku merangkai mimpi adalah di kamar paling depan. Tiga kamar lainnya, masing-masing ditempati oleh orang tuaku (sekarang hanya ibuku sendiri karena ayah sudah meninggal), dan dua orang kakakku. Namun, karena kedua kakakku sudah menikah, maka sekarang dua kamar yang ditempati oleh kakakku dulu, sekarang tidaka ada yang menempatinya. Nenekku, yang sekarang tinggal dirumahku, tidur sekamar dengar ibuku. Oleh karena itu, setiap saya mau kembali ke Palembang menuntut ilmu, ibu dan nenekku biasanya menangis karena mereka tau kalau saya sudah kembali ke Palembang maka rumah tersebut sepi akan kembali. Ibuku kembali tinggal berdua dengan nenekku. Selain kamar tidur tersebut, rumahku juga dilengkapi ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, gudang, dapur, dan kamar mandi. Semua ruangan tersebut akan terasa berisi apabila semua keluargaku sedang berkumpul.
Rumahku adalah muara kerinduanku. Ia adalah dermaga yang menghantarkankku kepada impian dunia dan akhirat. Oleh karena itu, saya tak pernah bosan tinggal di rumah tersebut. Bahkan, saya selalu merindukannya ketika jauh dan tak dapat bernaung di bawahnya.

Komentar menulis dengan panduan :
  1. menurut saya, seyogyanya mahasiswa tidak lagi menggunakan teknik ini dalam menulis karena teknik ini digunakan untuk siswa yang masih tahap “belajar” menulis atau orang yang mengalami kesulitan untuk mengembangkan kerangka karangannya. Namun, jika melihat kemampuan menulis mahsiswa yang masih banyak terkategori rendah, maka tidak salahnya teknik ini digunakan untuk mahasiswa karena memang tujuan dari teknik ini untuk mempermudah seseorang dalam mengembangkan tulisannya.
  2. Jika teknik ini digunakan untuk anak SMP, menurut saya sangat tepat. Hal ini karena kemampuan menulis anak SMP pada umumnya masih pada tingkat rendah dan memang masih tahap “belajar”. Mereka masih kesulitan untuk memunculkan ide dan mengembangkannya. Untuk membuat suatu karangan saja mereka membutuhkan waktu yang berjam-jam.
  3. Menurut saya teknik ini baik untuk dijadikan bahan penelitian dan sebagai sebuah judul skripsi. Dengan cara mengeksprimenkannya pada dua kelas yang berbeda. Misalnya untuk satu kelas, pengajaran menulisnya menggunakan teknik menulis dengan panduan, sedangkan satu kelas yang lain menggunakan teknik mmenulis yang lain. Dari penelitiasn tersebut, kita dapat melihat keefektifan pengajaran menulis dengan menggunakan teknik ini.


5. Membuat Sebuah Laporan (Repotase)

Merapi Meletus

Belum usai  bencana wasior, Indonesia kembali ditimpa bencana. Gunung merapi di Sleman, Yogyakarta, pada sore kemarin, Selasa, 26 Oktober 2010, tepatnya pukul 17.02 WIB, memuntahkan isi perutnya. Seperti yang dinyatakan oleh Kepala Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bapak Surono “awal erupsi terjadi  pukul 17.02 WIB dan sedikitnya terjadi hingga 3X letusan yang diiringi awan panas setinggi 1,5 km dan hujan abu yang menjarah ke Kaliaden, Kepuharjo”.
Hujan abu dari puncak merapi yang mencapai hingga 8 km itu mengaharuskan warga di sekitar lereng gunung Merapi dievakuasi ke posko-posko pengungsian, yang kira-kira tidak terjangkau oleh letusan Merapi. Warga tersebut dievakuasi ke berbagai tempat seperti gedung sekolah, kantor-kantor pemerintahan, dan tempat ibadah yang ada di Yogyakarta dengan bantuan petugas TNI dan kepolisian setempat. Pemerintah juga memberikan masker gratis kepada pengungsi karena para pengungsi mulai merasakan hawa panas dan kesulitan bernapas.
Sebenarnya, pemerintah sudah menginstruksikan kepada waraga di sekitar gunung Merapi untuk mengungsi karena adanya peningkatan aktivitas gunung Merapi dari status siaga sejak tanggal 21 Oktober 2010 menjadi status awas pada Senin, 25 Oktober 2010, tepatnya pukul 16.00 WIB. Namun, warga tidak mengindahkan instruksi tersebut karena mereka berkeyakinan sebelum ada wedus gembel, gunung Merapi tidak akan meletus.
Akibat letusan gunung api termuda di Indonesia dan paling aktif di dunia ini, sebanyak 31 korban jiwa meninggal dunia. 30 jenazah ditemukan di dusun Kinaherjo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkrinan, Sleman, Yogyakarta. Sementara 1 korban lagi meninggal dunia setelah dievakuasi di RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta. Hal ini dibenarkan oleh camat Cangkringan, Samsul Bakrie, yang menyatakan bahwa kumpulan jenazah terbanyak memang di sekitar rumah Mbah Maridjan, juru kunci gunung Merapi. Bahkan nama Mbah Maridjan sendiri ikut melengkapi daftar korban yang meninggal dunia akibat letusan gunung Merapi tersebut. Bintang iklan salah satu minuman energi itu, ditemukan meninggal dunia dalam keadaan sujud di dapur umum rumahnya, yang biasanya digunakan para pendaki gunung Merapi untuk memasak. Diperkirakan korban akan terus bertambah karena ada kemungkinan masih ada jenazah yang tertimbun di reruntuhan rumah.
Selain itu, akibat erupsi Merapi yang berdurasi hingga 30 menit itu, terdapat 14 korban luka berat dan puluhan korban luka ringan. Korban-korban yang luka berat tersebut, saat ini ditangani oleh RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta. Tidaka hanya itu, letusan gunnung Merapi juga menghancurkan ratusan rumah warga, ratusan hewan ternak, tanaman-tanaman yang ada di sekitar lereng gunung Merapi. Bahkan data sementara mencatat sebanyak 275 ekor sapi mati akibat letusan tersebut.
Sampai saat berita ini diterbitkan, bantuan-bantuan kemanusiaan dan logistik terus berdatangan. Bantuan-bantuan tersebut berasal dari semua kalangan, baik dari pemerintah, sukarelawan, dan pihak-pihak yang lain. Bantuan-bantuan yang diberikan berupa pasokan makanan sepeti mie instan, air minum kemasan, beras, dan pasokan pakaian seperti serlimut, tenda, baju, dan celana. Dikabarkan juga bahwa besok, Rabu, 28 Oktober 2010, Wapres RI, Boediono, akan berkunjung langsung untuk meninjau para korban letusan gunung Merapi. Meskipun demikian, para korban tetap mengharapkan bantuan dari semua kalangan untuk kelangsungan hidup mereka.

6. Pendahuluan
Menyimak Integratif

Istilah menyimak sudah akrab dalam kehidupan manusia sehari-hari. Di masyarakat sering dijumpai penggunaan istilah menyimak berita, menyimak ceramah/pidato, menyimak kuliah, atau menyimak dialog. Masih banyak lagi penggunaan istilah menyimak, bahkan termasuk kegiatan menyimak tingkat lanjut, seperti menyimak kritis, menyimak kreatif, dan menyimak eksploratif.
Rankin (dalam Tarigan, 1986 : vii), menyatakan bahwa pada tahun 1929 terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan di Detroit sampai pada suatu kesimpulan bahwa mereka ini mempergunakan waktu berkomunikasi : 9 % buat menulis, 16% buat membaca, 30% buat berbicara, dan 45% buat menyimak.
Dari penelitian tersebut, dapat diamati bahwa berbahasa dalam kehidupan sehari-hari cenderung tidak seimbang dalam persentasi penggunaannya. Untuk itu perlu keterpaduan atau saling mengintegrasikan keterampilan tersebut yang dalam hal ini dikembangkan melalui menyimak integratif.
Pada umunya dikenal empat keterampilan bebahasa. Empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) merupakan suatu keterampilan yang antara satu dengan yang lainnya saling terkait dan saling medndukung. Artinya, suatu keterampilan bebahasa yang dimiliki akan membantu dalam meningkatkan keterampilan yang lain. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keterampilan berbahasa lainnya perlu dilkukan secara terpadu dalam menyimak integrative, yaitu : a) berderits-menyimak-bercerita, b) bercerita-menyimak-menulis, c) membaca(kan)-menyimak-mendiskusikan. Dengan adanya kegitan menyimakintergratif, maka masing-masing keterampilan bahasa dapat ditingkatkan dan kegiatan menyimak lebih variatif karena dipadukan dengan keterampilan berbahasa lainnya.

7. Evaluasi Diri
Evaluasi Diri Sebagai Mahasiswa

Kekuatan :
  1. Memiliki sebuah buku kecil yang saya beri nama “Agenda”. Buku ini saya gunakan untuk mencatat kegiatan-kegiatan penting saya yang harus saya ikuti atau harus saya selesaikan. Misalnya : tugas-tugas kuliah, suatu kegiatan yang harus saya hadiri, atau targetan-targetan yang harus saya capai. Hal ini terinspirasi karena saya terkadang lupa terhadap suatu janji atau tugas yang harus saya selesaiakan. Oleh karena itu, saya mencatat hal-hal penting itu sebagai solusi untuk mengatasi sifat lupa tersebut.
  2. Menyisihkan uang Rp. 50.000,00 setiap bulan untuk ditabung. Hal ini sudah berlangsung 1,5 tahun, sehingga ketika saya memerlukan uang yang mendadak, saya ada persiapan tanpa harus meminjam dengan teman.
  3. Sudah mulai bisa memanagemen keuangan sebagai anak kos. Sebelumnya, uang Rp. 700.000,00 per bulan tidak cukup untuk saya.  Namun, enam bulan terakhir, uang Rp. 500.000,00 sudah bisa saya operasikan untuk kebutuhan sebulan.
  4. Bisa menghilangkan kebiasaan tidur siang yang sudah terpelihara sangat lama. Bahkan adanya perubahan waktu tidur, yang semula biasanya selama 6-7 jam menjadi 5 jam dalam sehari-semalam.
  5. Melaksanakan senam pagi minimal satu kali dalam seminggu. Biasanya kegiatan ini saya lakukan pada waktu libur.
  6. Dipercaya menjadi Kabid Kerohanian IKMABIRA (Ikatan Mahasiswa Bumi Raflesia) periode 2010-2011 dan Koordinatoor PSDM BO Barokah FKIP Unsri (2010-2011). Dengan organisasi tersebut, saya dapat mengembangkan kepribadian saya baik sebagai mahasiswa, pemuda, dan seorang muslim.

Kekurangan :
  1. Kontrol emosional yang masih kurang.
  2. Makan yang kurang teratur sehingga sangat mudah sakit, terutama sakit perut.
  3. Kurangnya silaturahmi baik kepada tetangga kos maupun kepada teman.
  4. Belum maksimal memanfaatkan organisasi yang saya ikuti, terutama untuk BO Barokah karena banyak kegiatannya bersamaan dengan jam kuliah.
  5. Managemen wktu yang masih fleksible, sehingga terkadang targetan-targetan yang ditetapkan tidak tercapai tepat waktu.

Solusi :
  1. Dalam memanagemen emosional diperlukan pendekatan terhadap emosional yang sasarannya adalah hati, jiwa, dan pikiran. Oleh karena itu, saya mulai berangsur melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang dapat memanagen hati seperti, kegiatan keagamaan dan membaca buku-buku motivasi dan islami.
  2. Untuk mengatasi kekurangan butir 2, 3, 4, dan 5 diperlukan managemen waktu yang lebih baik. Salah satunya adalah membuat kegiatan jadwal sehari-hari, beserta konsekunsinya jika tidak dilaksankan.

8. Wacana “Makzul”
Substansi isi artikel yang berjudul “Makzul” karya Qaris Tajudin adalah Penulis menelusuri  ketepatan kata makzul (dari bahasa Arab) untuk menggantikan kata impeachment (dari bahasa Inggris) dalam penggunaannya di Indonesia.
Langkah-langkah :
1.      Penulis mengemukakan suatu kasus dengan mengutip pernyataan A. Xinnalecky dari Koran tempo bahwa kata makzul tidak tepat untuk menggantikan impeachment.
2.      Penulis menggunakan dua pertanyaan sebagai alat untuk mengetahui ketidakpastian tersebut.
a.       Benarkah orang Arab tidak memakai kata ma’zul dengan arti menurunkan penguasa dari kekuasaannya ?
b.      Kalau benar, apakah kata serapan itu tidak boleh memiliki makna sendiri di Indonedia ?
3.      Penulis menelusuri penggunan kata ma’zul di Arab, selain yang dikemukakan Xinnalecky dalam tulisannnya, untuk menjawab pertanyaan tersebut.
4.       Dari refrensi yang dibacanya, penulis menemukan jawaban untuk pertanyaan pertama bahwa di Arab kata ‘azl juga dipakai dengan arti mencabut penguasa dari kursi kekuasaannya. Bahkan di situs Al-jazeera.net kata ‘azala diartikan ‘memecat’. Artinya bahwa terkadang kata tersebut dapat menggantikan kata impeachment.
5.      Penulis mengemukakan beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab untuk memperkuat jawaban pertanyaan nomor 2, bahwa setiap kata yaqng diserap akan bebas diartikan berbeda. Dengan kata lain, kata makzul boleh memiliki makna sendiri di Indonesia, apalagi kata ini memiliki arti yang sama dengan kata ma’zul di Arab.
6.      Penulis menyimpulkan bahwa secara tekstual, kata makzul memang tidak pas 100% untuk mengartikan kata impeachment.

9. Alasan Memilih Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia dan Daerah
            Awalnya, saya memilih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah karena saya termotivasi oleh seorang guru Bahasa Indonesia saya, Iman Yusir ketika  di SMA. Saya melihat dia sangat disegani dan dipandang berwibawa tinggi, baik oleh siswa maupun oleh guru-guru, sehingga bukan suatu keanehan jika dia dinobatkan sebagai guru favorit di sekolahku waktu itu. Beliau mengatakan bahwa kita belajar bahasa berati kita sudah belajar tata krama, sopan santun, dan etika kehidupan karena sebenanya di dalam pelajaran bahasa terkandung nilai-nilai itu.
Namun, selain hal di atas saya juga mempunyai alasan tersendiri mengapa saya memilih Program Studi PBSID ? saya memandang bahwa Program Studi PBSID, peluang kerjanya lebih luas. Seorang bahasawan bisa menjadi seorang guru, dosen, wartawan, editor, sekrektaris, dan lain-lain. Apalagi hal ini didukung oleh orang tua, saudaraku, dan hampir semua keluargaku.
Persepsi masyarakat yang baik terhadap seorang bahasawan menguatkan saya untuk memilih Program Studi PBSID. Biasanya seorang bahasawan di desa saya, mereka disegani dan dihormati oleh masyarakat. Mereka sering dipercaya dan diminta untuk mengetuai atau memimpin suatu acara, seperti acara pernikahan. Apalagi sekarang ini kesejahteraan seorang guru mulai terjamin dan menjanjikan dengan adanya program sertifikasi dari pemerintah sehingga memenuhi kebutuhan hidup bagi seorang guru saat ini bukan suatu masalah lagi seperti dahulu. Di mana para guru terancam kesejahteraannya.
Selain hal di atas, yang menyebabkan saya memilih Proram Studi PBSID adalah penguasaan saya terhadap bidang studi bahasa Indonesia semasa sekolah tidak mengecewakan. Selama sekolah saya tidak pernah mengenyam nilai merah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itulah, saya memilih Program Studi PBSID sebagai pilihan utama dalam mengikuti PMP (Penulusuran Minat dan Prestasi) di FKIP Universitas Sriwijaya.
10. Mengapa Sedih Ketika Praktik Menulis ?
Menulis adalah keteramapilan yang bersifat mekanistik. Keterampilan itu tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja. Keterampilan tersebut baru dapat dikuasai oleh orang yang rajin berlatih (Tarigan : iii).
Latihan seperti yang dinyatakan oleh Djago Tarigan tersebut sebenarnya sudah saya lakukan dengan senang hati. Hanya saja belum semaksimal yang dimaksmud. Namun, jika ditanya mengapa saya sedih ketika praktik menulis ? Berati mau tidak mau saya harus memberikan suatu jawaban, yang bagi saya jawaban ini merupakan suatu kendala saya ketika praktik menulis.
Pertama, saya mengalami kesulitan untuk memadukan ide pikiran saya ke dalam suatu tulisan. Apa yang ada dipikiran saya terkadang tidak dapat saya tuangkan dalam tulisan secara sistematis dan logis yang sesuai dengan harapan saya.
Kedua, pikiran saya tidak bisa berjalan maksimal jika menulis dalam suatu ruangan yang gaduh. Saya memerlukan tempat dan suasana yang tenang untuk menulis. Oleh karena itu, pada waktu dosen menyuruh saya membacakan hasil karangan saya, terkadang saya belum selesai.
Ketiga, pikiran saya tidak dapat bekerja maksimal jika dipaksa untuk mengeluarkan suatu ide tulisan dalam waktu yang dibatasi. Pikiran saya seolah-olah tergesa-tergesa jika dipaksa untuk menulis sesuatu pada waktu dan tempat yang ditentukan dapalagi engan suasana yang gaduh. Inti dari semuanya bahwa dalam menulis saya masih terkesan lamban dan belum dapat memfungsikan secara maksimal skemata yang ada.

Contoh Kata Sambutan Menjadi Ketua Panitia Suatu Acara

Laporan Suatu Kegiatan
Laporan Ketua Panitia
Acara               : Peringatan Bulan Bahasa
Waktu             : 23-24 Oktober 2010
Tempat            : Aula FKIP Unsri
Kata sambutan dari Ketua Panitia

Kosep Acara :
1. Pembukaan :
-Mengucapkan salam,
-Menyapa audiens/pendengar,
-Pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa
-Sholwat kepada nabi
2. Isi :
-Ucapan terima kasih kepada orang yang telah hadir.
-Laporan kegiatan :
            Waktu                         :           20-21 Oktober 2010
            Kegiatan          :           -Seminar Bahasa
-Lomba-Lomba  : pidato, membaca puisi, cerdas cermat, dan menulis esay.
-Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya acara tersebut.
-Permohonan maaf dari panitia.
3. Penutupan
-Meminta Ibu rektor untuk membuka acara secara resmi
-Salam

Assalamualaikum, Wr., Wb.

Yang terhormat, Ibu Badia Parizade sebagai rektor Unsri,
Yang terhormat, Kepala Pusat Bahsa Sumatera Selatan,
Yang terhormat, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Yang terhormat, Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia dan Daerah,
Yang kami hormati Para dosen, Bapak/Ibu guru dari berbagai SMA dan SMP yang mendampingi siswanya untuk ikut lomba,
Peserta seminar dan lomba, serta hadirin yang kami hormati.
            Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena pada hari ini kita dapat berkumkpul di aula FKIP ini dalam rangka memperingati Bulan Bahasa ke-5 dengan tema “Mari Kita Tingkatkan Kecintaan dan Kebanggan Terhadap Bahasa Indonesia”.
            Sholat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi bersar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman biadab ke zaman yang beradab.

Hadirin yang kami hormati,
Sebelumnya saya ucapkan selamat datang kepada Ibu Rektor Unsri dan para hadirin yang sudah hadir dalam acara ini. Seperti yang tetera di spanduk bahwa acara ini merupakan suatu bentuk apresisai terhadap Peringatan Bulan Bahasa yang ke-5. Dengan harapan kegiatan yang dilaksanakan mulai hari ini, Sabtu, 23 Oktober 2010 dan berakhir besok, Minggu, 24 Oktober 2010 ini dapat menanamkan kecintaan dan kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia, sepeti tema yang kita angkat.
Perlu diketahui juga bahwa selain seminar bahasa, dalam peringatan Bulan Bahasa ini, kami juga mengadakan beberapa perlombaan sebagai wadah penyalur bakat siswa dalam bidang kebahasan dan kesusastraan. Lebih jauh lagi, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kecintaan para siswa terhadap Bahasa Indonesia. Perlombaan-perlombaan yang dimakasud adalah :
1.      Pidato                    : 24 pesrta.
2.      Cerdas Cermat      : 3 peserta,
3.      Membaca puisi      : 21 peserta,
4.      Mneulis Esay         : 17 peserta.
Peserta tersebut berasal dari seluruh SMA dan SMP yang ada di Palembang dan Indralaya.
            Acara ini dapat terlaksana karena dukungan dan usaha semua pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh panitia yang telah bekerja keras untuk melaksanakan kegiatan ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, pihak dekanat FKIP, dan pihak rektorat Unsri serta para donator dan sponsor acara ini, yang telah mendukung penuh terlaksananya acara ini. Tak lebih penting juga, terima kasih kami ucapkan kepada para dosen, guru-guru, siswa-siwa atrau peserta lomba yang telah berpartisipasi dalam acara ini.
            Kami sebagai panitia penyelenggara mohon maaf apabila terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan acara ini karena kami menyadari tak ada gading yang tak retak.

Hadirin yang kami hormati,
Demikian kata sambutan dari saya. Namun, sebelum saya mengakhiri kata sambutan mini saya minta kepada Ibu rektyor setelah ini untuk membuka acara ini secara resmi. Akhirnya saya mohon maaf apabila dalam kata sambutan saya ada yang kurang berkenan atau ada yang terlupakan. Saya akhiri, wassalamualaikum, Wr., Wb.