1.
Paragraf Deskripsi Keadaan
Menyenangkan
Irama hentakan kaki mengalahkan rasa lelah dalam menapaki anak tangga
yang mengantarkaku ke suatu ruangan kuliah di lantai 2 gedung Bahasa dan Seni,
FKIP Unsri. Ruangan yang berkapasitas 30 mahasiswa, pagi ini harus menampung 41
magasiswa yang mengikuti mata kuliah Sanggar Bahasa. Namun, kondisi tersebut
bukan suatu masalah bagiku. Sentuhan suhu AC 16 ÂșC dan cahaya lampu yang
menerangi hingga sudut-sudut ruangan serta kebersihan ruangan yang menyejukkan
jiwa, memberikan energi bagiku untuk menyerap materi kuliah yang dijarkan hari
ini. Apalagi situasi ini didukung oleh kepiwaian dosen dalam menyelipkan
ajaran-ajaran moral yang dibumbui dengan gurauannya, sehingga sang surya pun
berusaha menyelusup, menembus celah-celah pintulasi dan kaca yang tertutup
ordeng berwarna biru seolah-oplah ingin ikut bersamaku kuliah pagi ini.
2.
Menggali Informasi Pembelajaran
Membaca di SMA
Sejak duduk di SD, saya diajarkan keterampilan membaca. Keterampilan
tersebut terus diajarkan dan berlanjut hingga saya duduk di bangku SMA, bahkan
di bangku pun kuliah saya menemukan mata
kuliah Membaca I dan Membaca II untuk meningkatkan keterampilan berbahasa
tersebut.
Dari panjangnya proses tersebut ada suatu proses yang mengawali perubahan
sikap dan minat saya terhadap membaca, yaitu pembelajaran membaca yang
diajarkan pada waktu saya duduk di kelas XI SMA, semester II. Kala itu, guru
Bahasa Indonesia di kelas saya, Iman Yusir, selalu memotivasi kami untuk rajin
membaca. Beliau pernah mengatakan “Membaca itu adalah jendela dunia. Jika kita
ingin mengenal dunia, maka membacalah dengan tekun. Suatu bangsa kecerdasannya
dapat diukur dari seberapa banyak masyarakatnya yang membudayakan kebiasaan
membaca setiap hari”. Mendengar pernyataan tersebut, semangat dan minatku untuk
membaca mulai tumbuh, tetapi itu hanya sesaat saja. Aplikasinya saya belum mengubah
sikap saya terhadap membaca. Sampai suatu ketika, pada pertemuan ketiga bulan
pertama dalam semester II, guru saya mulai melakukan langkah-langkah konkrit
untuk mengubah sikap kami tersebut. Langkah-langkah yang dilakukannya adalah
sebagai berikut.
- Guru mengenalkan berbagai teknik dan metode membaca, seperti SQ3R, POINT, Skimming, dan lain-lain.
- Selama satu bulan pada bulan pertama, guru mewajibkan kami untuk membaca sebuah novel dalam setiap satu minggu. Sebagai buktinya, kami harus membuat sinopsis buku tersebbut dan mengumpulkannya pada pertemuan berikutnya.
- Pada pertemuan itu, di sela-sela materi pembalajaran, secara acak guru menyuruh salah seorang siswa untuk menceritakan kembali mengenai novel yang telah dibacanya.
- Pada bulan ketiga, guru kembali mewajibkan kami untuk membaca sebuah buku, dalam seminggu. Bedanya, kali ini buku yang dibaca adalah buku nonfiksi. Sebagai bukti kalau kami melakukan kegiatan tersebut, pada pertemuan berikutnya, kembali secara acak guru kami meminta salah seorang dari siswa untuk menyampaikan apa yang sudah dibacanya.
- Bulan keempat, kami disuruh membaca koran, baik lokal maupun nasional dan berbagai jenis buku yang bervariasi. Kami diminta menyampaikan pandangan terhadap apa yang telah kami baca.
- Selain itu, guru juga mengajak kami belajar di perpustakaan dan laboratrium bahasa.
- Pada akhir semester, guru memberikan penghrgaan berupa piagam dan uang saku kepada siswa yang paling rajin mengunjungi perpustakaan.
Melalui proses tersebut awalnya saya masih terpaksa. Namun, dari mingu ke
minggu minat dan sikap saya terus berangsur berubah dengan menyadari bahwa
membaca adalah suatu kebutuhan yang penting, yang perlu ditanamkan dalam diri
sesorang. Saya mulai menyenangi keterampilan berbahasa ini karena saya mulai
menyadari manfaatnya.
3.
Mendeskripsikan Suatu Benda dengan
Teknik Cubing
Joran Antenna
Joran merupkan suatu peralatan pancing yang digunakan sebagai tempat
mengikatkan tali pancing. Joran ini biasanya dipegang oleh pemancing pada waktu
memancing. Joran yang saya miliki adalah joran antnena. Dinamakan joran antenna
karena joran jenis ini seperti antenna
TV zaman dahulu yang panjangnya dapat dipendekkan. Ukuran joran saya yang
panjangnya 3’6 m dapat diringkas dan dipendekkan menjadi kira-kira 60 cm saja.
Dengan model seperti ini joran tersebut dapat saya bawa ke mana saja dengan
lebih mudah ketika saya mau memancing.
Joran yang saya miliki adalah joran merk maguro. Joran ini terbuat dari karbon dengan warna hitam dan jika
dipanjangkan seperti joran dari bambu, yang memiliki ruas-ruas. Bedanya, kalau joran
dari bambu mempunyai buku-buku, sedangkan joran antenna tidak memiliki
buku-buku atau dengan istilah lain tanpa spool.
Kesederhanaan dan kepraktisan joran tersebut membuat saya lebih mudah
jika ingin memancing ke tempat yang lebih jauh dari rumaku, seperti ke desa nenekku yang berjarak lebih
kurang 20 km dari rumaku. Hal ini karena joran tersebut bisa saya masukkan ke
dalam tas atau tempat lain ketika saya membawanya. Oleh karena itu juga, joran
ini tidak hanya saya pakai untuk memancing ikan di kolam belakang rumahku atau
di desaku saja. Namun, juga sering ikut bersamaku ketika saya berkunjung ke rumah
nenekku karena di balakang rumah nenekku juga terdapat sungai yang luas dan
panjang.
Peralatan pancing yang masih tampak baru karena perawatannya ini,
merupakan hadiah dari pamanku ketika saya lulus SMP. Oleh karena itu, jika
melihat joran tersebut saya juga sering teringat dengan pamanku yang suka memancing
dan suka memberiku hadiah.
4. Menulis dengan Panduan
Dermaga Kerinduan
Saya merupakan Putra Daerah Bengkulu, tepatnya di desa Padang Nibung,
Kecamatan Bunga Mas, Bengkulu Selatan. Di bumi sekundang setungguan inilah rumahku
berdiri kokoh yang dihiasi dengan kasih sayang keluarga dan lingkungan yang
damai dan bersih.
Arsitek yang sederhana menjadikan rumahku tidak mencolok dengan
rumah-rumah yang ada di sekitarnya. Hanya saja berdirinya warung manis-manisan,
sekitar 2 m dari teras depan rumah, membedakan rumah yang bercat hijau pakis
ini dengan rumah-rumah yang lain. Bedanya dengan rumah-rumah yang mempunyai
warung di desaku, di samping warung tersebut ada pohon jambu yang di bawahnya
terdapat tempat duduk dari bambu.
Barisan bunga dengan warna-warninya yang ditanam dalam vot di teras depan dan samping rumahku,
menciptakan keindahan dan kesejukan di rumah yang sudah berumur 30 tahun ini.
Kesejukan pun semakin bersahabat ketika sekitar 5 tahun yang lalu di belakang
rumahku ditanam berbagai jenis tanaman seperti kopi coklat, rempah-rempah, dan
sayur-sayuran. Dengan kata lain, di belakang rumahku terdapat kebun kecil yang
berisi berbagai jenis tanaman. Di dalam kebun yang berukuran sekitar 15 X 20 m
tersebut, juga terdapat kolam ikan, yang disi dengan ikan lele. Oleh karena
itu, tak jarang juga saya dan keluarga memancing di kolam tersebut.
Rumahku terdiri dari empat kamar tidur. Galery dan tempatku merangkai
mimpi adalah di kamar paling depan. Tiga kamar lainnya, masing-masing ditempati
oleh orang tuaku (sekarang hanya ibuku sendiri karena ayah sudah meninggal),
dan dua orang kakakku. Namun, karena kedua kakakku sudah menikah, maka sekarang
dua kamar yang ditempati oleh kakakku dulu, sekarang tidaka ada yang
menempatinya. Nenekku, yang sekarang tinggal dirumahku, tidur sekamar dengar
ibuku. Oleh karena itu, setiap saya mau kembali ke Palembang
menuntut ilmu, ibu dan nenekku biasanya menangis karena mereka tau kalau saya
sudah kembali ke Palembang
maka rumah tersebut sepi akan kembali. Ibuku kembali tinggal berdua dengan
nenekku. Selain kamar tidur tersebut, rumahku juga dilengkapi ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, gudang, dapur, dan kamar mandi. Semua ruangan tersebut
akan terasa berisi apabila semua keluargaku sedang berkumpul.
Rumahku adalah muara kerinduanku. Ia adalah dermaga yang menghantarkankku
kepada impian dunia dan akhirat. Oleh karena itu, saya tak pernah bosan tinggal
di rumah tersebut. Bahkan, saya selalu merindukannya ketika jauh dan tak dapat
bernaung di bawahnya.
Komentar menulis dengan panduan :
- menurut saya, seyogyanya mahasiswa tidak lagi menggunakan teknik ini dalam menulis karena teknik ini digunakan untuk siswa yang masih tahap “belajar” menulis atau orang yang mengalami kesulitan untuk mengembangkan kerangka karangannya. Namun, jika melihat kemampuan menulis mahsiswa yang masih banyak terkategori rendah, maka tidak salahnya teknik ini digunakan untuk mahasiswa karena memang tujuan dari teknik ini untuk mempermudah seseorang dalam mengembangkan tulisannya.
- Jika teknik ini digunakan untuk anak SMP, menurut saya sangat tepat. Hal ini karena kemampuan menulis anak SMP pada umumnya masih pada tingkat rendah dan memang masih tahap “belajar”. Mereka masih kesulitan untuk memunculkan ide dan mengembangkannya. Untuk membuat suatu karangan saja mereka membutuhkan waktu yang berjam-jam.
- Menurut saya teknik ini baik untuk dijadikan bahan penelitian dan sebagai sebuah judul skripsi. Dengan cara mengeksprimenkannya pada dua kelas yang berbeda. Misalnya untuk satu kelas, pengajaran menulisnya menggunakan teknik menulis dengan panduan, sedangkan satu kelas yang lain menggunakan teknik mmenulis yang lain. Dari penelitiasn tersebut, kita dapat melihat keefektifan pengajaran menulis dengan menggunakan teknik ini.
5. Membuat Sebuah Laporan (Repotase)
Merapi Meletus
Belum usai bencana wasior, Indonesia
kembali ditimpa bencana. Gunung merapi di Sleman, Yogyakarta,
pada sore kemarin, Selasa, 26 Oktober 2010, tepatnya pukul 17.02 WIB,
memuntahkan isi perutnya. Seperti yang dinyatakan oleh Kepala Pusat Vulkanalogi
dan Mitigasi Bencana Geologi, Bapak Surono “awal erupsi terjadi pukul 17.02 WIB dan sedikitnya terjadi hingga
3X letusan yang diiringi awan panas setinggi 1,5 km dan hujan abu yang menjarah
ke Kaliaden, Kepuharjo”.
Hujan abu dari puncak merapi yang mencapai hingga 8 km itu mengaharuskan
warga di sekitar lereng gunung Merapi dievakuasi ke posko-posko pengungsian,
yang kira-kira tidak terjangkau oleh letusan Merapi. Warga tersebut dievakuasi
ke berbagai tempat seperti gedung sekolah, kantor-kantor pemerintahan, dan
tempat ibadah yang ada di Yogyakarta dengan
bantuan petugas TNI dan kepolisian setempat. Pemerintah juga memberikan masker
gratis kepada pengungsi karena para pengungsi mulai merasakan hawa panas dan
kesulitan bernapas.
Sebenarnya, pemerintah sudah menginstruksikan kepada waraga di sekitar
gunung Merapi untuk mengungsi karena adanya peningkatan aktivitas gunung Merapi
dari status siaga sejak tanggal 21 Oktober 2010 menjadi status awas pada Senin,
25 Oktober 2010, tepatnya pukul 16.00 WIB. Namun, warga tidak mengindahkan
instruksi tersebut karena mereka berkeyakinan sebelum ada wedus gembel, gunung Merapi tidak akan meletus.
Akibat letusan gunung api termuda di Indonesia dan paling aktif di dunia
ini, sebanyak 31 korban jiwa meninggal dunia. 30 jenazah ditemukan di dusun
Kinaherjo, Kelurahan Umbulharjo, Cangkrinan, Sleman, Yogyakarta.
Sementara 1 korban lagi meninggal dunia setelah dievakuasi di RSUP dr.
Sardjito, Yogyakarta. Hal ini dibenarkan oleh
camat Cangkringan, Samsul Bakrie, yang menyatakan bahwa kumpulan jenazah
terbanyak memang di sekitar rumah Mbah Maridjan, juru kunci gunung Merapi.
Bahkan nama Mbah Maridjan sendiri ikut melengkapi daftar korban yang meninggal
dunia akibat letusan gunung Merapi tersebut. Bintang iklan salah satu minuman
energi itu, ditemukan meninggal dunia dalam keadaan sujud di dapur umum
rumahnya, yang biasanya digunakan para pendaki gunung Merapi untuk memasak.
Diperkirakan korban akan terus bertambah karena ada kemungkinan masih ada
jenazah yang tertimbun di reruntuhan rumah.
Selain itu, akibat erupsi Merapi yang berdurasi hingga 30 menit itu,
terdapat 14 korban luka berat dan puluhan korban luka ringan. Korban-korban
yang luka berat tersebut, saat ini ditangani oleh RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta. Tidaka hanya itu, letusan gunnung Merapi juga
menghancurkan ratusan rumah warga, ratusan hewan ternak, tanaman-tanaman yang
ada di sekitar lereng gunung Merapi. Bahkan data sementara mencatat sebanyak
275 ekor sapi mati akibat letusan tersebut.
Sampai saat berita ini diterbitkan, bantuan-bantuan kemanusiaan dan
logistik terus berdatangan. Bantuan-bantuan tersebut berasal dari semua
kalangan, baik dari pemerintah, sukarelawan, dan pihak-pihak yang lain. Bantuan-bantuan
yang diberikan berupa pasokan makanan sepeti mie instan, air minum kemasan,
beras, dan pasokan pakaian seperti serlimut, tenda, baju, dan celana.
Dikabarkan juga bahwa besok, Rabu, 28 Oktober 2010, Wapres RI,
Boediono, akan berkunjung langsung untuk meninjau para korban letusan gunung
Merapi. Meskipun demikian, para korban tetap mengharapkan bantuan dari semua
kalangan untuk kelangsungan hidup mereka.
6. Pendahuluan
Menyimak Integratif
Istilah menyimak sudah akrab dalam kehidupan manusia sehari-hari. Di
masyarakat sering dijumpai penggunaan istilah menyimak berita, menyimak ceramah/pidato,
menyimak kuliah, atau menyimak dialog. Masih banyak lagi penggunaan istilah
menyimak, bahkan termasuk kegiatan menyimak tingkat lanjut, seperti menyimak
kritis, menyimak kreatif, dan menyimak eksploratif.
Rankin (dalam Tarigan, 1986 : vii), menyatakan bahwa pada tahun 1929
terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan di Detroit sampai pada
suatu kesimpulan bahwa mereka ini mempergunakan waktu berkomunikasi : 9 % buat
menulis, 16% buat membaca, 30% buat berbicara, dan 45% buat menyimak.
Dari penelitian tersebut, dapat diamati bahwa berbahasa dalam kehidupan sehari-hari
cenderung tidak seimbang dalam persentasi penggunaannya. Untuk itu perlu
keterpaduan atau saling mengintegrasikan keterampilan tersebut yang dalam hal
ini dikembangkan melalui menyimak integratif.
Pada umunya dikenal empat keterampilan bebahasa. Empat keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) merupakan suatu
keterampilan yang antara satu dengan yang lainnya saling terkait dan saling
medndukung. Artinya, suatu keterampilan bebahasa yang dimiliki akan membantu
dalam meningkatkan keterampilan yang lain. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
keterampilan berbahasa lainnya perlu dilkukan secara terpadu dalam menyimak
integrative, yaitu : a) berderits-menyimak-bercerita, b)
bercerita-menyimak-menulis, c) membaca(kan)-menyimak-mendiskusikan. Dengan
adanya kegitan menyimakintergratif, maka masing-masing keterampilan bahasa
dapat ditingkatkan dan kegiatan menyimak lebih variatif karena dipadukan dengan
keterampilan berbahasa lainnya.
7. Evaluasi Diri
Evaluasi Diri Sebagai Mahasiswa
Kekuatan :
- Memiliki sebuah buku kecil yang saya beri nama “Agenda”. Buku ini saya gunakan untuk mencatat kegiatan-kegiatan penting saya yang harus saya ikuti atau harus saya selesaikan. Misalnya : tugas-tugas kuliah, suatu kegiatan yang harus saya hadiri, atau targetan-targetan yang harus saya capai. Hal ini terinspirasi karena saya terkadang lupa terhadap suatu janji atau tugas yang harus saya selesaiakan. Oleh karena itu, saya mencatat hal-hal penting itu sebagai solusi untuk mengatasi sifat lupa tersebut.
- Menyisihkan uang Rp. 50.000,00 setiap bulan untuk ditabung. Hal ini sudah berlangsung 1,5 tahun, sehingga ketika saya memerlukan uang yang mendadak, saya ada persiapan tanpa harus meminjam dengan teman.
- Sudah mulai bisa memanagemen keuangan sebagai anak kos. Sebelumnya, uang Rp. 700.000,00 per bulan tidak cukup untuk saya. Namun, enam bulan terakhir, uang Rp. 500.000,00 sudah bisa saya operasikan untuk kebutuhan sebulan.
- Bisa menghilangkan kebiasaan tidur siang yang sudah terpelihara sangat lama. Bahkan adanya perubahan waktu tidur, yang semula biasanya selama 6-7 jam menjadi 5 jam dalam sehari-semalam.
- Melaksanakan senam pagi minimal satu kali dalam seminggu. Biasanya kegiatan ini saya lakukan pada waktu libur.
- Dipercaya menjadi Kabid Kerohanian IKMABIRA (Ikatan Mahasiswa Bumi Raflesia) periode 2010-2011 dan Koordinatoor PSDM BO Barokah FKIP Unsri (2010-2011). Dengan organisasi tersebut, saya dapat mengembangkan kepribadian saya baik sebagai mahasiswa, pemuda, dan seorang muslim.
Kekurangan :
- Kontrol emosional yang masih kurang.
- Makan yang kurang teratur sehingga sangat mudah sakit, terutama sakit perut.
- Kurangnya silaturahmi baik kepada tetangga kos maupun kepada teman.
- Belum maksimal memanfaatkan organisasi yang saya ikuti, terutama untuk BO Barokah karena banyak kegiatannya bersamaan dengan jam kuliah.
- Managemen wktu yang masih fleksible, sehingga terkadang targetan-targetan yang ditetapkan tidak tercapai tepat waktu.
Solusi :
- Dalam memanagemen emosional diperlukan pendekatan terhadap emosional yang sasarannya adalah hati, jiwa, dan pikiran. Oleh karena itu, saya mulai berangsur melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang dapat memanagen hati seperti, kegiatan keagamaan dan membaca buku-buku motivasi dan islami.
- Untuk mengatasi kekurangan butir 2, 3, 4, dan 5 diperlukan managemen waktu yang lebih baik. Salah satunya adalah membuat kegiatan jadwal sehari-hari, beserta konsekunsinya jika tidak dilaksankan.
8. Wacana “Makzul”
Substansi isi artikel yang
berjudul “Makzul” karya Qaris Tajudin adalah Penulis menelusuri ketepatan kata makzul (dari bahasa Arab) untuk menggantikan kata impeachment (dari bahasa Inggris) dalam
penggunaannya di Indonesia.
Langkah-langkah :
1.
Penulis mengemukakan suatu kasus dengan
mengutip pernyataan A. Xinnalecky dari
Koran tempo bahwa kata makzul tidak
tepat untuk menggantikan impeachment.
2.
Penulis menggunakan dua pertanyaan
sebagai alat untuk mengetahui ketidakpastian tersebut.
a.
Benarkah orang Arab tidak memakai kata ma’zul dengan arti menurunkan penguasa
dari kekuasaannya ?
b.
Kalau benar, apakah kata serapan itu
tidak boleh memiliki makna sendiri di Indonedia ?
3.
Penulis menelusuri penggunan kata ma’zul di Arab, selain yang dikemukakan
Xinnalecky dalam tulisannnya, untuk menjawab pertanyaan tersebut.
4.
Dari refrensi yang dibacanya, penulis
menemukan jawaban untuk pertanyaan pertama bahwa di Arab kata ‘azl juga dipakai dengan arti mencabut
penguasa dari kursi kekuasaannya. Bahkan di situs Al-jazeera.net kata ‘azala
diartikan ‘memecat’. Artinya bahwa terkadang kata tersebut dapat menggantikan
kata impeachment.
5.
Penulis mengemukakan beberapa kata dalam
bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab untuk memperkuat jawaban
pertanyaan nomor 2, bahwa setiap kata yaqng diserap akan bebas diartikan
berbeda. Dengan kata lain, kata makzul
boleh memiliki makna sendiri di Indonesia,
apalagi kata ini memiliki arti yang sama dengan kata ma’zul di Arab.
6.
Penulis menyimpulkan bahwa secara
tekstual, kata makzul memang tidak pas 100% untuk mengartikan kata impeachment.
9.
Alasan Memilih Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Awalnya,
saya memilih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
karena saya termotivasi oleh seorang guru Bahasa Indonesia saya, Iman Yusir
ketika di SMA. Saya melihat dia sangat
disegani dan dipandang berwibawa tinggi, baik oleh siswa maupun oleh guru-guru,
sehingga bukan suatu keanehan jika dia dinobatkan sebagai guru favorit di
sekolahku waktu itu. Beliau mengatakan bahwa kita belajar bahasa berati kita
sudah belajar tata krama, sopan santun, dan etika kehidupan karena sebenanya di
dalam pelajaran bahasa terkandung nilai-nilai itu.
Namun, selain
hal di atas saya juga mempunyai alasan tersendiri mengapa saya memilih Program
Studi PBSID ? saya memandang bahwa Program Studi PBSID, peluang kerjanya lebih
luas. Seorang bahasawan bisa menjadi seorang guru, dosen, wartawan, editor,
sekrektaris, dan lain-lain. Apalagi hal ini didukung oleh orang tua, saudaraku,
dan hampir semua keluargaku.
Persepsi masyarakat
yang baik terhadap seorang bahasawan menguatkan saya untuk memilih Program
Studi PBSID. Biasanya seorang bahasawan di desa saya, mereka disegani dan
dihormati oleh masyarakat. Mereka sering dipercaya dan diminta untuk mengetuai
atau memimpin suatu acara, seperti acara pernikahan. Apalagi sekarang ini
kesejahteraan seorang guru mulai terjamin dan menjanjikan dengan adanya program
sertifikasi dari pemerintah sehingga memenuhi kebutuhan hidup bagi seorang guru
saat ini bukan suatu masalah lagi seperti dahulu. Di mana para guru terancam
kesejahteraannya.
Selain hal di
atas, yang menyebabkan saya memilih Proram Studi PBSID adalah penguasaan saya
terhadap bidang studi bahasa Indonesia semasa sekolah tidak mengecewakan.
Selama sekolah saya tidak pernah mengenyam nilai merah untuk mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Oleh karena itulah, saya memilih Program Studi PBSID sebagai pilihan utama
dalam mengikuti PMP (Penulusuran Minat dan Prestasi) di FKIP Universitas
Sriwijaya.
10.
Mengapa Sedih Ketika Praktik Menulis ?
Menulis adalah
keteramapilan yang bersifat mekanistik. Keterampilan itu tidak mungkin dikuasai
hanya melalui teori saja. Keterampilan tersebut baru dapat dikuasai oleh orang
yang rajin berlatih (Tarigan : iii).
Latihan seperti
yang dinyatakan oleh Djago Tarigan tersebut sebenarnya sudah saya lakukan
dengan senang hati. Hanya saja belum semaksimal yang dimaksmud. Namun, jika
ditanya mengapa saya sedih ketika praktik menulis ? Berati mau tidak mau saya
harus memberikan suatu jawaban, yang bagi saya jawaban ini merupakan suatu
kendala saya ketika praktik menulis.
Pertama,
saya mengalami kesulitan untuk memadukan ide pikiran saya ke dalam suatu
tulisan. Apa yang ada dipikiran saya terkadang tidak dapat saya tuangkan dalam
tulisan secara sistematis dan logis yang sesuai dengan harapan saya.
Kedua,
pikiran saya tidak bisa berjalan maksimal jika menulis dalam suatu ruangan yang
gaduh. Saya memerlukan tempat dan suasana yang tenang untuk menulis. Oleh
karena itu, pada waktu dosen menyuruh saya membacakan hasil karangan saya,
terkadang saya belum selesai.
Ketiga,
pikiran saya tidak dapat bekerja maksimal jika dipaksa untuk mengeluarkan suatu
ide tulisan dalam waktu yang dibatasi. Pikiran saya seolah-olah tergesa-tergesa
jika dipaksa untuk menulis sesuatu pada waktu dan tempat yang ditentukan
dapalagi engan suasana yang gaduh. Inti dari semuanya bahwa dalam menulis saya
masih terkesan lamban dan belum dapat memfungsikan secara maksimal skemata yang
ada.
No comments:
Post a Comment