PENGAJARAN REMIDIAL
Posted: chan on Dec 12 | bu budi
utami
Pada Kurikulum
1999 kebijakan salah satunya adalah konsep pendekatan belajar tuntas. Siswa
tidak bisa mengikuti kompetensi berikutnya jika siswa belum menuntaskan
kompetensi yang sedang dijalani. Sedang siswa yang memperoleh ketuntasan dan
berprestasi melebihi rata-rata dalam konsep kurikulum 1999 ini juga perlu
mendapat perhatian khusus oleh guru. Dalam istilah kurikulum 1999 mereka yang
belum tuntas perlu mendapatkan pengajaran remedial, sedang mereka yang sudah
tuntas dan berprestasi diatas rata-rata perlu mendapatkan pengayaan. Dengan
demikian sekolah berkewajiban untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya
dan sesuai dengan lingkungan yang tersedia. Untuk beberapa siswa yang mempunyai
prestasi belajar dibawah rata-rata atau norma yang ditetapkan bila dibandingkan
dengan prestasi belajar teman-temannya. Berdasarkan prinsip belajar tuntas maka
siswa tersebut perlu mendapatkan penangan khusus. Sebagaimana telah disebutkan
di atas siswa yang mengalami kejadian tersebut perlu mendapat perhatian dari
guru yaitu diberi pengajaran remedial (remedial teaching).
Dalam Kamus
Bahasa Inggris , kata Remedial berarti : yang berhubungan dengan perbaikan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran remedial adalah suatu bentuk
pengajaran yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik.
Dalam belajar mengajar guru melakukan pengajaran dengan tujuan agar siswa dapat
belajar secara optimal. Namun jika ternyata terdapat siswa yang lamban dalam
belajar dan prestasi belajarnya rendah maka diperlukan suatu proses belajar
mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil yang diharapkan.
Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa (klasikal),
dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimimal yang telah
ditentukan pada topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk mendapatkan
pengajaran kembali. Dalam pengajaran remedial yang diperbaiki adalah
keseluruhan proses belajar mengajar seperti cara mengajar, metode pengajaran,
materi pelajaran, alat belajar dan lingkungan belajar. Dalam pengajaran
remedial terjadi proses penyembuhan (terapi) pada siswa, jika sudah sembuh maka
akan dikembalikan lagi ke kelas semula.
Anonim (1999:34) Pengajaran
remedial berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi :
• Tujuan. Pengajaran biasa
diarahkan pada penguasaan (matery) bahan secara tuntas sehingga tujuan
instruksional maupun tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan
pengajaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan penguasaan bahan sehingga
sekurang-kurangnya siswa yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan
minimal yang mungkin diterima.
• Strategi. Strategi belajar
remedial sifatnya sangat individual dalam arti tergantung pada letak masalah
yang dihadapi setiap siswa. Metode penyampaian harus bervariasi dan diharapkan
disusun secara sistematis dari materi / tugas yang mudah menuju tugas yang
sukar.
• Bahan. Bahan pengajaran
remedial biasanya dengan penggolongan-penggolongan yang lebih kecil daripada
bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa.
langkah-langkah pengajaran
remedial sebagai berikut :
1. Menelaah kembali siswa yang
akan diberikan bantuan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran
berapa lama bantuan harus diberikan, kapan oleh siapa dan sebagainya.
2. Alternatif tindakan. Jika
sudah mendapat gambaran lengkap. Lalu tentukan alternatif tindakan dapat berupa
:
a. Disuruh mengulangi bahan yang
telah diberikan dengan memberikan arahan terlebih dulu.
b. Disuruh mencoba alternatif
kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah
ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama.
c. Bila kesulitan belajar bukan
karena kesulitan belajar, tapi karena faktor lain seperti sikap negatif
terhadap guru, situasi belajar dan sebagainya maka siswa perlu dibimbing oleh
konselor. Jika sudah mampu mengatasi masalah maka dapat diberi pengajaran
remedial.
3. Evaluasi Pengajaran Remedial
4. Pada akhir kegiatan siswa
diadakan evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan
(level of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnosis dan
memperoleh pengajaran remedial kembali.
5. Pendekatan Pengajaran Remedial
a. Pendekatan pencegahan
(preventif), dari hasil Pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah
dapat mendeteksi bahwa seorang siswa mungkin akan mengalami hambatan dalam
proses belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat
perilaku awal siswa, menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam
proses belajar mengajar.
b. Pendekatan penyembuhan
(curative), pendekatan ini diberikan kepada siswa yang sudah nyata mengalami
hambatan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu
prestasinya sangat rendah dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan
yang ditetapkan.
c. Pendekatan perkembangan
(development), pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor terus-menerus
kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada hambatan
segera dan secara terus-menerus. Sehingga dengan demikian guru senantiasa
mengikuti perkembangan pada siswanya secara sistematis.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam pengajaran
remedial itu dimulai dari penelaahan kembali siswa yang mengalami kesulitan
belajar, selanjutnya diberikan tindakan alternatif seperti mengulang belajar
kembali atau alternatif lainnya sambil dicari penyebab kesulitan belajar siswa,
selanjutnya diberikan evaluasi (ulangan) dengan target 75% penguasaan materi.
Jika berhasil siswa kembali ke kelasnya untuk mengikuti pengajaran biasa secara
klasikal, jika belum berhasil baru diadakan pengajaran remedial.
Dalam
pengejaran remedial seorang guru dapat menggunakan tiga cara pendekatan yaitu
pencegahan (preventif), penyembuhan(curative) dan perkembangan (development).
Hal ini memerlukan kesabaran dan ketekunan guru dalam melaksanakan pengajaran
remedial, mengingat dalam pengajaran ini guru dituntut untuk memperhatikan
perkembangan belajar siswa secara individual. Guru harus mampu mendeteksi
siapa-siap sajaa siswa yang perlu mendapat perhatian dan perlu memperoleh
pengajaran remedial.
Pengajaran
remedial merupakan salah satu kegiatan utama dalam keseluruhan proses bimibingan
belajar, dan merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari usaha diagnostik
kesulitan belajar – mengajar.
1. Menelaah Kembali Kasus dan
Permasalahannya
Secara lebih
jelas analisis ini merupakan kegiatan pengecekan atau penelitian kembali
terhadap beberapa hal sebagai berikut :
• kebenaran dan kelengkapan data
yang mendukung pernyataan tentang karakteristik kasus serta permasalahannya.
• Relevansi antara tafsiran dan
simpulan dengan data pendukungnya serta konsistensi antara berbagai data satu
sama lain.
• Ketepatan prakiraan berdasarkan
hasil diagnosis yang didukung oleh data yang relevan.
• Visibilitas dari setiap
alternatif pengajaran remedial yang direkomendasikan.
2. Menentukan Alternatif Pilihan
Tindakan
Dari telaah
yang telah dilakukan pada langkah pertama, akan diperoleh simpulan mengenai hal
pokok, yaitu :
• karakteristik khusus yang akan
ditangani secara umum dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga
kemungkinan, yaitu :
a. kasus yang bersangkutan dapat
disimpulkan hanya memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola
strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif, dan efisien.
b. kasus yang bersangkutan dapat
disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam mengembangkan dalam menemukan
dan mengembangkan pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai, efektif,
dan efisien itu, juga dihadapkan pada hambatan ego-emosional,
potensial-fungsional, sosial-psikologis dalam penyesuaian dengan dirinya dan
lingkungan.
c. kasus yang bersangkutan dapat
disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan menemukan dan
mengembangkan pola-pola strategi / metode / teknik belajar yang sesuai,
efektif, dan efisien, namun terhambat oleh kondisi ego-emosional,
potensial-fungsional, sosial-psikologis, dan faktor instrumental-environmental
lainnya.
Sebagai dasar
pertimbangan yang fundamental dalam proses pengambilan keputusan ini, antara
lain beberapa prinsip berikut :
• Efektifitas, dalam artian lebih
mampu untuk mencapai tujuan pengajaran remedial yang diharapkan.
• Efisiensi, dalam arti lebih
memerlukan usaha dan pengorbanan serta fasilitas seminimal mungkin dengan hasil
yang diharapkan semaksimal mungkin.
• Keserasian, dalam arti
keseuaian dengan :
- jenis karakteristik,
intensitas, dan latar belakang permasalannya,
- jumlah, jenis, dan sifat
kepribadian khusus,
- tingkat penguasaaan teori,
kemahiran praktek, dan sifat kepribadian guru yang akan menanganinya,
- kesediaan daya dukung fasilitas
teknik yang diperlukan,
- kesediaan daya dukung sarana
penunjang / lingkungan yagn diperlukan,
- waktu dan kesempatan yang
tersedia pada pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Layanan Bimbingan dan
Konseling / Psikoterapi
• Dalam prakteiknya, langkah ini
mungkin sampai batasan tertentu yang masih ditangani guru sendiri (bagi yang
sudah berpengalaman), namun mungkin sesekali dibantu oleh pihak lain (petugas
BK, wali kelas, psikolog, dokter, dll.).
• Diantara sekian banyak masalah
yang msaih dapat ditangani oleh guru pada umumnya antara lain:
1) Kasus kesulitan belajar dengan
latar belakang kurangnya minat dan motivasi belajar, cara untuk mengatasinya
menurut Woodworth dan Marquis, 1957:331-338, antara lain :
- Hindari saran dan pernyataan
negatif yang dapat mlemahkan motivasi belajar siswa,
- Ciptakan situasi kompetitif
sesama siswa yang sehat,
- Brikan dorongan pada siswa
dengan memberikan informasi yang telah dicapainya dari waktu ke waktu,
- Berikan kesempatan pada siswa
untuk mendiskusikan aspirasinya secara rasional,
- Berikan pujian pada siswa agar
dia bersemangat,
- Berikan sanksi atau hukuman
atas kelalaian dengan bijak dan adil,
- Tunjukkan manfaat dari
pelajaran bagi siswa baik untuk satt ini maupun nanti.
2) Kasus kesulitan belajar dengan
latar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran, dan situasi belajar.
Cara untuk mengatasinya antara lain :
- ciptakan iklim yang sehat dalam
kelas,
- berikan kesempatan memperoleh
pengalaman yang memuaskan bagi siswa, meskipun dengan prestasi yang minim.
3) Kasus kesulitan belajar dengan
latar belakang kebiasaan belajar yang salah, cara untuk mengatasinya antara
lain :
- tunjukkan akibat dari kesiasaan
buruknya terhadap prestasi belajar,
- berikan kesempatan masa
transisi untuk berlatih dengan pola kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan
lama yang salah.
4) Kasus kesulitan belajar dengan
latar belakang ketidakserasian antara kondisi objectif instrumental input
dengan lingkungan, cara untuk mengatasinya antara lain :
- bimbingan informasi dalam
program / bidang studi, bahan / sumber, strategi / metode / teknik belajar
rasional,
- diskusi atau kerja kelompok,
- proyek kegiatan bersama di
kelas, karyawisata, dsb.
Sebagai
indikator atas keberhasilan cara – car diatas Robinson 1950:96, menyatakan :
- menunjukkan minat untuk mencari
pemecahan masalah yang dihadapinya,
- bersedia untuk bekerja sama
dengan pihak lain (guru, BK, dsb.) untuk membantu memecahkan masalahnya,
- mulai bersikap terbuka,
- mulai tampak kemampuan
menyadari masalahnya secara realitas,
- mulai tampak kemampuan untuk
memilah, menimbang, mengembangkan, dan memilih alternatif pemecahan masalahnya,
- menunjukkan kesediaan dan
kesanggupan untuk melakukan alternatif tindakan lebih lanjut yang dipilihnya
4. Melaksanakan Pengajaran
Remedial
Seperti yang
telah dijelaskan, sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini adalah
tercapainya prestasi dan kemampuan penyesuain diri sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang ditetapkan.
5. Mengadakan Pengukuran Prestasi
Belajar Kembali
Setelah
pengajaran remedial dilakukan, seharusnya dilihat ada tidaknya perubahan pada
diri siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kembali, hasil
pengukuran ini diharapkan memberikan informasi terhadap perkembangan siswa,
baik kuantitif maupun kulaitatif. Adapun cara yang digunakan sebaiknya sama
dengan post-test atau tes sumatif dari proses belajar mengajar.
6. Mengadakan Re-Evaluasi dan
Re-Diagnostik
Hasil dari
pengukuran tersebut hendaknya perlu dipertimbangkan lagi dengan menggunakan
cara dan kriteria untuk proses belajar mengajar utama. Hasil dari pertimbangan
ini akan melahirkan tiga simpulan, yaitu :
1) Kasus menunjukkan peningkatan
prestasi dan penyesuaian diri dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan.
2) Kasus menunjukkan peningkatan
prestasi dan penyesuaian diri, namun belum sepenuhnya mencapai keberhasilan
yang diharapkan.
3) Kasus belum meunjukka
perubahan yang berarti.
7. Remedial Pengayaan dan atau
Pengukuhan (Tambahan)
Langkah ini
bersifat kondisional, sasaran pokok langkah ini adalah agar hasil remedial itu
lebih sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan
(reinforcement). Berbagai bentuk cara dan instrument dapat digunakan, misalnya
: dengan penguasaan untuk pemecahan soal tertentu, pengajaran proyek kecil
tertentu, dsb. Hasilnya harus dilaporkan kembali pada guru untuk dinilai
seperunya sebelum selesai atau diperkenankan melanjutkan ke program proses
belajar mengajar selanjutnya.
Asumsi –
Asumsi Yang Mendasari Prosedur Pengajaran Remedial
Pengembangan
prosedur sistem pengajaran remedial didasari pokok-pokok pikiran yang berlaku
untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning). Pokok-pokok pikiran yang
dimaksud adalah :
1) Terdapat keragaman indiviadual
dalam kemampuan (kecepatan belajar),
2) Sampai batas normal tertentu,
setiap individu dapat mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi
belajar tertentu.
3) Proses belajar mengikuti asas
keseimbangan (continuess progress).
Beberapa pokok
pikiran itu adalah sauatu alternatif prosedur agar dapat dipilih sehingga akan
diketahui kapan harus dimulai dan diakhirinya pengajaran remedial yang
dimaksudkan.
Strategi dan
Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial
1. Strategi dan Teknik Pendekatan
Pengajaran Remedial Yang Bersifat Kuratif
Tindakan
pengajaran dikatakan sifat kuratif kalau dilakukan setelah program Proses
Belajar Mengajar (PBM) utama selesai diselenggarakan. Program PBM dapat
diartikan sebagai program untuk tiap pertemuan, unutk satuan unit bahan
pelajaran atau satuan waktu (mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan,
dsb.) tertentu. Sasaran pokok dari tindakan ini adalah agar siswa yang
prestasinya rendah diusahakan dapat suatu saat dapat memenuhi kritetiria
keberhasilan minimal. Dan sedangkan siswa yang telah mencapai kriteria
keberhasilan minimal, suatu saat dapat diperkaya atau lebih ditingkatkan lagi.
Untuk mencapai sasaran pokok tersebut para ahli telah mengembangkan beberapa
teknik pendekatan seperti pengulangan (repetition), pengayaan (enrichment), dan
pengukuhan (reinforcement) serta percepatan (acceleration).
2. Strategi dan Pendekatan Yang
Bersifat Preventif
Jika dalam
pendekatan kuratif, tindakan rmedial bertolak dari hasil post teaching
diagnostic, berdasarkan data hasil pre-test / sumatif, maka pndekatan preventif
bertolak belakang dengan pre-test atau test of entering behaviors. Maka siswa
dapat diidentifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :
1) Siswa normal,
2) Siswa cepat,
3) Siswa lambat.
Dari ketiga
perkiraan tersebut, maka setidaknya ada tiga teknik pembelajaran yang bersifat
remedial, yaitu :
a). Layanan Kelompok Belajar
Homogen
Program
pembelajaran pada ketiga kelompok siswa tersebut, ruang lingkupnya ekuivalen,
tetapi diorganissasikan secara relaitf berbeda. Perbedaan tersebut terletak
pada cara menenangkannya, contoh-contohnya, soal-soal / tugas, dsb. Misalnya untuk
siswa cepat, tingkat kesukarannya lebih tinggi dari siswa normal dan siswa
lambat. Yang terpenting adalah bagaimana kelompok siswa itu dapat meyelesaikan
pembelajaran pada waktu yang bersamaan sehingga mereka dapat mengikuti test
sumatif pada waktu yang bersamaan.
b). Layanan Pembelajaran
Individual
Pada dasarnya
konsep ini sama dengan diatas, yaiut penyesuaian dengan kondisi objectif siswa.
Pada teknik ini setiap individu mempunyai program tersendiri. Siswa mempunyai
kebebasan melakukan kegiatan-kegiatan atau berkonsultasi dengan gurunya, tidak
terikat dengan keharusan mengikuti jam belajar seperti biasa di kelas. Siswa
hanya terikat pada batas waktu akhir periode pelajaran yang ditetapkan, seperti
triwulan, semesteran, dsb. Meskipun siswa belajar individual, tetapi harus
mengikuti test sumatif tertentu yang telah diorganisasikan secara baku. Program
ini sangat ccocok untuk system pembelajaran dengan modul
c). Layanan Pembelajaran Secara
Kelompok
Pada teknik
ini siswa berada pada satu kelas yang sama dan pada program pembelajaran yang
sama pula. Namun bagi siswa yang mempunyai kesulitan tertentu, telah disediakan
tempat, waktu untuk pelayanan remedial secara khusus. Begitu juga dengan siswa
yang cepat, juga disediakan program pengayaan khusus. Setelah selesai dengan
program remedial atau pengayaan, para siswa kembali dalam kelompok belajar
utama bersama-sama dengan teman sekelasnya. Pada akhirnya mereka juga harus
menempuh post-test atau test sumatif secara bersamaan pula. Teknik ini sesuai
bila diterapkan pada system pembelajaran klasikal, dan teknik ini biasa
digunakan guru di sekolah walaupun belum dilaksanakan sebagai mana mestinya.
3. Strategi dan Teknik Pendekatan
Pengajaran Remedial Bersifat Pengembangan (Development)
Sasaran utama
pendekatan ini adalah agar siswa bisa menghadapi hambatan / kesulitan yang
mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Mereka
diberi bantuan segera(immediate treatment) dari waktu ke waktu selama
berlangsung pembelajaran. Harapan dari teknik ini adalah siswa diharapkan akan
menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
telah ditentukan. Agar strategi dan teknik pendekatan ini dapat diopersionalkan
secara teknis dan sistematis, diperlukan adanya pengorganisasian program
pembelajaran / PBM yang sistematis, seperti sistem pembelajaran berprogram,
system modul, self instructional audio tutorial system. Dengan demikian, proses
layanan diagnostic dan remedial dapat dilakukan dari unit ke unit secara
teratur.
No comments:
Post a Comment