ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM CERPEN SERIAL GENDER
TERPASUNG “AKAL” KARYA FATMA ELLY
Oleh:
Sitra Wijaya NIM
06081002033
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2010
I.
Kerangka
Teori
Dalam prosa
fiksi terdapat unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu
sendiri. Baik novel maupun cerpen
semuanya memiliki unsur-unsur intrinsik. Pratiwi (2005:41) menyatakan
unsur-unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk cerpen dari dalam sastra itu
sendiri yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya
bahasa, tema, dan amanat. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra.
Analisis ini
akan difokuskan pada unsur intrinsik, yaitu tokoh dan penokohan. Dalam
pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti
tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi
secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.
1.1 Tokoh
Tokoh cerita
ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang
oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu
seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Selain
itu, menurut Anonim (2003:115) tokoh adalah orang yang memainkan peran tertentu
dalam karya sastra.
Berdasarkan
fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh
sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami
peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu.
1. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis
adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai
pisitif.
2. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis
adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis
atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh
sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
1. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang
menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
2.
Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang
peran dalam peristiwa cerita.
3. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi
bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Tokoh datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang
diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis,
wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali
(misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
2.
Tokoh bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya
diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak. (http://agsuyoto.wordpress.com).
1.2 karakter Tokoh (Watak)
Karakter adalah
sifat atau watak yang dibuat oleh pengarang untuk membedakan masing-masing
tokoh dalam cerita. Karakter yang dibuat pengarang beragam, diantaranya egois,
pendiam, pemarah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
1.3
Penokohan
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra
tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu.
1. Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian
watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
2.
Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui
pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat
pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
3. Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh
melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM (dalam Suyoto. (http://agsuyoto.wordpress.com), ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
1. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya,
terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
2.
Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh
tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
3.
Melalui penggambaran fisik tokoh.
4.
Melalui pikiran-pikirannya
5.
Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur
cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung. (http://agsuyoto.wordpress.com).
Dengan demikian,
istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan,
sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan
sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah
cerita.
II.
Analisis
Tokoh dan penokohan Cerpen “Akal” Karya Fatma Elly
Cerpen yang di
tulis oleh Fatma Elly ini, mengandung amanat yang sangat berguna bagi pembaca.
Sebelum menganalisis tokoh dan penokohan, simak sinopsis cerita cerpen tersebut
berikut ini.
Sinopsis:
Diceritakan
seorang lelaki yang berusia empat puluhan. Ia tinggal sendiri di rumah
peninggalan orang tua, tanpa seorangpun yang mendampingi. Ia selalu sedih,
dalam kegagalan dan kesepian. Ia selalu teringat Ibu. Orang yang terakhir
mendampinginya setelah kematian ayah. Dan ia adalah seorang sarjana.
Walaupun ia
seorang sarjana, hingga kematian ibunya ia belum mendapatkan pekerjaan. Hatinya
tersas semakin pedih. Betapa tidak ? Ia belum dapat membahagiakan, mengurus dan
merawat terhadap penyakit yang diderita ibu, maut telah menjemput nyawa ibunya.
Konon ibu yang sangat menyayanginya itu telah berjuang menyekolahkan,
membanting tulang dengan berdagang barang pecahbelah, hanya karena ingin ia
menjadi seorang sarjana. Mendapatkan pekerjaan, menjaddi orang yang terpandang
dan bahagia. Bukan orang miskin yang hidupnya melarat.
Begitulah, Ibu
meninggal. Ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Dan segala sesuatu tentang
ibunya sangat membebani pikirannya. Terutama sekali ketidakberdayaan
membahagiakan ibu lewat materi. Disamping masalahnya sendiri. Teman pendamping
yang bisa menemani, menghibur diri, mengurus rumahnya itu, tidak juga didapati.
Setelah itu, ia
bertemu dan diajak oleh Iwan pemuda yang baru dikenal saat ia mengamen di
sebuah restoran datang ke pesta ulang tahun. Ia diminta Iwan untuk menyanyi di
dalam grup band miliknya. Yang bisa meledak dalam pembuatankaset atau
videoklipnya. Diiming-imingi seperti itu ia pun menyetujui. Dan ia pun datang
ke pesta ulang tahun bersama Iwan. Ia menyanyikan beberapa lagu dan mendapatkan
sambutan. Bahkan ia mendapat teman gadis-gadis cantik, minum dan bersenang.
Ternyata Iwan
mempunyai niat yang jahat. Dalam rokok yang dihisapnya diberi suatu campuran
yang diketahuinya sebagai ganja. Tidak hanya itu, sabu-sabu juga diberikan Iwan
kepadanya. Dikenalkan dengan Rika. Dalampelukan Rika dan barang tersebut ia
semakin terpaut, lupa dan semaput. Akhirnya, jadilah ia pengedar. Permintaan
Iwan dan Rika tidak bisa ditolak. Karena ia pun sangat memerlukan.
Hari demi hari, bulan demi bulan,
hingga tahun, ia semakin tercandui barang haram tersebut. Dan kebutuhan
terhadap barang itu diperolehnya melalui pekerjaannya sebagai pengedar.
Sesekali ia memberontak, “Ternyata kau seorang pembunuh Wan”. Lucunya ia tak
pernah mau menghindar dari iwan. Iwan baginya sudah sedemikian memerangkapnya,
memasungnya dalam kebutuhan terhadap barang haram tersebut. Apalagi dengan
ketiadaan ekonomi dan kerja selain itu.
Hingga suatu
saat, ia semakin dirasuki bayang-bayang dan suara-suara. Takut, cemas, dendam,
sakit hati, sepi, tegang menyebabkannya tidak sanggup lagi berdiri diatas fakta
alam yang nyata. Pengaruh barang haram tersebut, yang sudah sedemikian lama
dipakai tambah merusak otak, akal, dan jiwanya. Dan jadilah ia sebagai orang
yang dikenal dengan sebutan: “Orang gila yang tidak waras lagi akalnya”.
2.1
Tokoh
Adapun tokoh yang terdapat dalam
cerpen ini, yaitu:
1)
Lelaki itu/ia (Tokoh
Utama)
Berdasarkan
kerangka teori di atas, Ia dalam cerpen ini teramasuk dalam tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang
membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan
nilai-nilai negatif.
2) Ibu
(Tokoh bawahan)
Dalam
cerpen ini ibu termasuk tokoh bawahan tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali
memegang peran dalam peristiwa cerita.
3) Iwan
(Tokoh bawahan)
Dalam
cerpen ini,Iwan termasuk tokoh bawahan andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan
tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
4) Rika
(Tokoh bawahan)
Dalam
cerpen ini, Rika termasuk tokoh bawahan lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau
berfungsi sebagai latar cerita saja.
2.2
Karakter Tokoh
1. Ia,
mempunyai karakter penurut, lemah, dan mudah terpengaruh.
2. Ibu,
mempunyai karakter sabar, peduli, dan seorang pekerja keras.
3. Iwan,
mempunyai karakter egois.
4. Rika,
sebagai tokoh bawahan lataran tidak disebutkan karakternya.
2.3
Penokohan
Berdasarkan kerangka teori yang sudah
disebutkan di atas. Pengarang menggunakan metode dramatik/taklangsung/ragaan dalam penyajian
watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Yaitu penyajian watak tokoh melalui
pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat
pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
1)
Lelaki itu/ia
digambarkan sebagai seorang laki-laki yang pantang menyerah, tidak mudah putus
asa. Ia selalu berusaha untuk memperoleh pekerjaan demi membahagiakan ibu
tercinta. Walaupun hingga ibunya meninggal ia masih belum memperoleh pekerjaan.
2) Ibu
digambarkan sebagai seorang perempuan yang sabar. Membiayai kuliah anaknya
dengan bekerja keras menjadi pedagang. Walaupun anaknya belum
mendapatkanpekerjaan, ia selalu memberi semangat agar anaknya tidak putus asa.
3) Iwan
digambarkan sebagai seorang lelaki yang baik, tetapi iawan juga mempunyai sifat
egois. Kebaikannya, yaitu telah memberikan pekerjaan kepada lelaki itu. Namun,
secara tidak langsung Iwan sudah menjebaknya kedalam kehancuran.
4)
Untuk tokoh Rika tidak
bisa dideskripsikan. Rika hanya disebutkan namanya saja.
Daftar
Pustaka
Anonim.
2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid
I. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi, Yuni. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas
X. Jakarta: Erlangga.
Suyoto, Agus.
“Unsur-unsur Intrinsik”. (Online), http://agsuyoto.wordpress.com. Diakses
tanggal 20 Mei 2010.
No comments:
Post a Comment