Saturday 1 February 2014

ANALISIS STRUKTURALISME DALAM CERPEN SERIAL GENDER TERPASUNG “AKAL” KARYA FATMA ELLY

ANALISIS STRUKTURALISME DALAM CERPEN SERIAL GENDER TERPASUNG “AKAL” KARYA FATMA ELLY



Oleh:

Sitra Wijaya                 NIM 06081002033



Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2010
1. Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
            Sastra merupakan sebuah seni yang dapat disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya sastra yang diakui keberadaannya disamping novel, puisi, dan drama. Menurut Ambary (1998:61) cerita pendek adalah cerita yang hanya menceritakan salah satu peristiwa daripada seluruh kehidupan yang luas tentang pelakunya. Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang merupakan tempat penuangan-penuangan terhadap hakikat hidup dan kehidupan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mukmin (2008:1) yang mengemukakan bahwa keadaan masyarakat beserta liku-liku kehidupannya tidak terlepas dari pengamatan para sastrawan sebagai pengamat sosial.
            Cerita pendek yang dalam pembahasannya yang memuat tentang peristiwa kehidupan sehari-harimanusia membuat pengarang berusaha untuk menuangkan apa yang dirasa dan dilihat dalam kehidupan nyata. Namun, bukan berarti cerpen menceritakan suatu kehidupan sebenarnya. Cerpen hanya mengambil pengalaman hidup pengarang, baik yang secara langsung dialami pengarang, maupun secara tidak langsung melalui pengalaman orang lain yang sampai pada pengarang.
            Cerpen yang baik sebaiknya mempunyai susunan atau struktur yang dirancang dengan begitu cermat oleh pengarang agar dihasilkan sebuah cerita yang utuh, memiliki hubungan keterkaitan antar unsur, dan tidak terpisah-pisah. Namun, saat ini banyak sekali bermunculan cerpen-cerpen baru, namun tidak semua cerpen memiliki susunan atau struktur yang jelas. Oleh karena itu perlu diadakan suatu kajian strukturalisme terhadap cerpen. Pengkajian cerpen dengan teori ini dapat dilihat dari alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat.

1.2 Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan di bahas dalam kajian ini yaitu bagaimanakah struktur unsur-unsur instrinsik seperti alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, serta  amanat  yang disampaikan pengarang dalam cerpen “Akal” karya Fatma Elly ini.

1.3 Tujuan
            Analisis strukturalisme cerpen ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dari unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen.

1.4 Manfaat
            Analisis strukturalisme dalam cerpen ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, baik secara teoritis maupun praktis. Hasilnya diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap teori bahasa Indonesia.

2. Kerangka Teori

2.1 Pengertian Struktralisme
Strukturalisme merupakan teori yang digunakan untuk menganalisis kebudayaan. Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutam berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur dalam karya sastra. Struktur karya sastra terdiri atas unsur alur, tokoh dan penokohan, tema, latar, dan amanat cerita. Unsur inilah yang akan membangun struktur sebuah karya sastra (Sundari, 1984).
            Penelitian ini membahas cerpen “Tirai” karya Sony Karsono sebagai karya yang memiliki struktur. Untuk itu, cerpen yang dibahas ini tidak dikaitkan dengan lingkungannya, seperti pengarang, pembaca, atau penerbitnya. Hal yang dibahas adalah sistem formalnya yaitu unsur-unsur seperti alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat.


2.2 Pengertian, Ciri-ciri, serta Unsur Pembangun cerpen
            Cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Ambary pada latar belakang, Daud (2006:75) berpendapat, cerpen adalah salah satu karya sastra yang berbentuk prosa, yang secara fisik lebih pendek daripada novel dan roman. Sebagaimana karya sastra yang lainnya, cerpen juga memiliki ciri-ciri. Daud (2006:75-76) mengemukakan ciri-ciri cerrpen sebgai berikut:
1)      panjang cerita kurang lebih 3-10 halaman atau kurang dari 10.000 kata,
2)      habis dibaca dalam sekali duduk,
3)      dalam cerpen hanya ada satu insiden yang menguasai jalan cerita,
4)      terdapat konflik, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelaku utama,
5)      hanya terdapat satu alur cerita,
6)      perwatakan dan penokohan dituliskan secara singkat,
7)      ceritanya tentang yang terjadi sekarang.

Seperti halnya karya sastra yang lain, cerpen juga memiliki unsur yang membangun  sebuah cerpen, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Pratiwi (2005:41) menyatakan unsur-unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk cerpen dari dalam sastra itu sendiri yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. Dan menurut Pratiwi (2005:41) unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra di luar sastra itu sendiri yang meliputi agama, sosial, ekonomi, budaya, biografi, pengarang dan identitas buku.

2.3 Pengertian Alur, Tokoh dan Penokohan, Latar, Sudut Pandang, Gaya Bahasa, Tema, dan Amanat.

            Menurut Sudjiman (1988: 19) dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dalam urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun cerita, yaitu alur atau plot. Menurut Sayuti (2000:31) alur diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu. Senada dengan Sayuti, Eti dkk (2005:16) menyatakan alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan penyesuaian. Ada beberapa jenis alur, yaitu sebagai berikut:
1)      alur progresi/alur maju ialah alur yang menceritakan peristiwa dari awal ke akhir.
2)      alur flashback/ alur mundur ialah alur yang menceritakan bagian akhir cerita menuju awal cerita sampai cerita terakhir.
3)      alur campuran/maju-mundur ialah alur yang menceritakan cerita secara kronologis/berurutan, tetapi pada tegah cerita disampaikan kejadian pada masa lalu atau sebaliknya (Pratiwi, 2005:43).

Selanjutnya tokoh dan penokohan, tokoh adalah orang yang memainkan peran tertentu dalam karya sastra (Pusat Bahasa, 2003:115). Berdasarkan fungsinya tokoh dapat dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran utama, sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Sudjiman, 1988: 17-18). Sementara itu, yang dimaksud dengan penokohan yakni bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokoh-tokohnya.
Latar atau setting sangat menunjang dalam sebuah cerpen. Menurut Winahyutari (2004:131), latar atau setting adalah waktu, tempat, dan suasana yang berkaitan dengan terciptanya peristiwa di dalam karya sastra. Jadi latar adalah gambaran tempat, waktu, dan segala sesuatu tentang terjadinya peristiwa dalam cerita.
Unsur berikutnya yaitu Sudut pandang. Sudut pandang adalah suatu teknik yang digunakan pengarang dalam menampilkan pelaku dalam ceritanya. Pratiwi (2005:45) menyatakan ada tiga macam sudut pandang, yaitu:
1)      sudut pandang orang pertama, seperti aku, saya, dan beta,
2)      Sudut pandang orang ketiga, seperti ia, dia, atau nama orang,
3)      Sudut pandang orang ketiga serba tahu, yaitu pengarang solah-olah serba tahu sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan pikiran semua tokoh.

Kemudian gaya bahasa, menurut Daud (2006:78) gaya bahasa atau majas ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam sebuah cerpen kita  sering menemukan gaya bahasa yang digunakan pengarang.
            Unsur terakhir, yaitu tema dan amanat. Sebenarnya antara tema dan amanat tidak dapat dipisahkan karena amanat adalah pengembangan dari tema. Secara eksplisit amanat itu dapat diketahui dari peristiwa yang terurai dalam cerita. Amanat dari sebuah karya sastra ada kalanya dapat berupa suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang (Sudjiman, 1988: 57)

3. Analisis Struktur dalam Cerpen Akal Karya Fatma Elly

Identitas cerpen:
Judul buku kumpulan cerpen : Serial Gender Terpasung
Judul cerpen                            : Akal
Pengarang                               : Fatma Elly
Tahun terbit                             : 2008
Penerbit                                   : Esta Blitz
ISBN                                       : 978-979-15282-3-6

3.1 Sinopsis Cerita
            Diceritakan seorang lelaki yang berusia empat puluhan. Ia tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tua, tanpa seorangpun yang mendampingi. Ia selalu sedih, dalam kegagalan dan kesepian. Ia selalu teringat Ibu. Orang yang terakhir mendampinginya setelah kematian ayah. Dan ia adalah seorang sarjana.
Walaupun ia seorang sarjana, hingga kematian ibunya ia belum mendapatkan pekerjaan. Hatinya tersas semakin pedih. Betapa tidak ? Ia belum dapat membahagiakan, mengurus dan merawat terhadap penyakit yang diderita ibu, maut telah menjemput nyawa ibunya. Konon ibu yang sangat menyayanginya itu telah berjuang menyekolahkan, membanting tulang dengan berdagang barang pecahbelah, hanya karena ingin ia menjadi seorang sarjana. Mendapatkan pekerjaan, menjaddi orang yang terpandang dan bahagia. Bukan orang miskin yang hidupnya melarat.
Begitulah, Ibu meninggal. Ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Dan segala sesuatu tentang ibunya sangat membebani pikirannya. Terutama sekali ketidakberdayaan membahagiakan ibu lewat materi. Disamping masalahnya sendiri. Teman pendamping yang bisa menemani, menghibur diri, mengurus rumahnya itu, tidak juga didapati.
Setelah itu, ia bertemu dan diajak oleh Iwan pemuda yang baru dikenal saat ia mengamen di sebuah restoran datang ke pesta ulang tahun. Ia diminta Iwan untuk menyanyi di dalam grup band miliknya. Yang bisa meledak dalam pembuatankaset atau videoklipnya. Diiming-imingi seperti itu ia pun menyetujui. Dan ia pun datang ke pesta ulang tahun bersama Iwan. Ia menyanyikan beberapa lagu dan mendapatkan sambutan. Bahkan ia mendapat teman gadis-gadis cantik, minum dan bersenang.
Ternyata Iwan mempunyai niat yang jahat. Dalam rokok yang dihisapnya diberi suatu campuran yang diketahuinya sebagai ganja. Tidak hanya itu, sabu-sabu juga diberikan Iwan kepadanya. Dikenalkan dengan Rika. Dalampelukan Rika dan barang tersebut ia semakin terpaut, lupa dan semaput. Akhirnya, jadilah ia pengedar. Permintaan Iwan dan Rika tidak bisa ditolak. Karena ia pun sangat memerlukan.
Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga tahun, ia semakin tercandui barang haram tersebut. Dan kebutuhan terhadap barang itu diperolehnya melalui pekerjaannya sebagai pengedar. Sesekali ia memberontak, “Ternyata kau seorang pembunuh Wan”. Lucunya ia tak pernah mau menghindar dari iwan. Iwan baginya sudah sedemikian memerangkapnya, memasungnya dalam kebutuhan terhadap barang haram tersebut. Apalagi dengan ketiadaan ekonomi dan kerja selain itu.
Hingga suatu saat, ia semakin dirasuki bayang-bayang dan suara-suara. Takut, cemas, dendam, sakit hati, sepi, tegang menyebabkannya tidak sanggup lagi berdiri diatas fakta alam yang nyata. Pengaruh barang haram tersebut, yang sudah sedemikian lama dipakai tambah merusak otak, akal, dan jiwanya. Dan jadilah ia sebagai orang yang dikenal dengan sebutan: “Orang gila yang tidak waras lagi akalnya”.


3.2 Alur
            Dalam cerpen yang berjudul “Akal” karya Fatma Elly ini digambarkan kisah dengan alur sorot balik (flashback). Cerita diawali dari tokoh ia yang dalam keadaan otaknya dipengaruhi oleh obat-obat terlarang membayangkan sosok Iwan. Iwan adalah lelaki yang telah membuatnya terjerumus ke dalam kehancuran. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
            “Mana tuh si Iwan kalau berani!” teriaknya lantang. Wajahnya merona merah. Bibirya bergetar. Binaran sinar mata menyala. Mengesankan kegirangan yang nyata. Simak lagi kutipan berikut.
            “Apa dikiranya aku takut?”. “Aku lelaki. Tak ada rasa takut dalam diriku”. Tapi justru ia ketakutan. Ia membayangkan Iwan membawa parang dan akan menebas lehernya. Simak kutipan berikut. “Sebaiknya aku sembunyi. Sebelum parang iwan menebas leherku”.
            Cerita berlanjut. Pengarang mengisahkan kembali kehidupan lelaki itu (ia) bersama ibunya. Tinggal berdua di rumah, dalam keadaan ekonomi kurang memadai, lulusan sarjana tapi masih belum mendapatkan pekerjaan. Sampai ibunya meninggal ia belum juga memperoleh pekerjaan. Hingga akhirnya ia berkenalan dengan Iwan, diajak Iwan bergabung ke dalam grup band miliknya, diajak ke pesta ulang tahun, dikenalkan dengan ganja dan sabu-sabu. Hidupnya semakin lupa dan semaput, setelah ia kenalkan Iwan dengan Rika. Dan Akhirnya jadilah ia pengedar dan pemakai obat-obatan terlarang.
            Cerita mencapai klimaks ketika tuduhannya terhadap Iwan tak dapat dipendamnya. Perhatikan kutipan berikut.
            “Ternyata kau seorang pembunuh Wan”. Awalnya Iwan hanya tersenyum. Tertawa-tawa mengomentari. “Ah gila kau!”.
            Berulang kali ia menyatakan hal seperti itu, namun jawaban Iwan tetap seperti itu. Seringnya laki-laki itu mengucapkan kata-kata dan tuduhan terhadap Iwan, membuat Iwan tak dapat lagi menahan marah. Stik drum yang berada di kamar diambilnya. Dihantamkan ke tubuh laki-laki itu berkali-kali.
            Lucunya ia tak pernah mau menghindar dari iwan. Iwan baginya sudah sedemikian memerangkapnya, memasungnya dalam kebutuhan terhadap barang haram tersebut. Apalagi dengan ketiadaan ekonomi dan kerja selain itu. Hingga suatu saat, ia semakin dirasuki bayang-bayang dan suara-suara. Takut, cemas, dendam, sakit hati, sepi, tegang menyebabkannya tidak sanggup lagi berdiri diatas fakta alam yang nyata. Pengaruh barang haram tersebut, yang sudah sedemikian lama dipakai tambah merusak otak, akal, dan jiwanya. Dan jadilah ia sebagai orang yang dikenal dengan sebutan: “Orang gila yang tidak waras lagi akalnya”.

           

3.3 Tokoh dan penokohan
            Adapun tokoh yang terdapat dalam cerpen ini, yaitu:
1)      Lelaki itu/ia (Tokoh Utama)
2)      Ibu
3)      Iwan
4)      Rika


Penokohan:
1)      Lelaki itu/ia digambarkan sebagai seorang laki-laki yang pantang menyerah, tidak mudah putus asa. Ia selalu berusaha untuk memperoleh pekerjaan demi membahagiakan ibu tercinta. Walaupun hingga ibunya meninggal ia masih belum memperoleh pekerjaan.
2)      Ibu digambarkan sebagai seorang perempuan yang sabar. Membiayai kuliah anaknya dengan bekerja keras menjadi pedagang. Walaupun anaknya belum mendapatkanpekerjaan, ia selalu memberi semangat agar anaknya tidak putus asa.
3)      Iwan digambarkan sebagai seorang lelaki yang baik, telah memberikan pekerjaan kepada lelaki itu. Namun, secara tidak langsung Iwan sudah menjebaknya kedalam kehancuran.
4)      Untuk tokoh Rika tidak bisa dideskripsikan. Rika hanya disebutkan namanya saja.
3.4 Sudut Pandang
            Dalam cerpen  Akal ini, pengarang tidak menggunakan sudut pandang bergaya aku-an atau sudut pandang orang pertama melainkan sudut pandang orang ketiga (bergaya dia-an).

3.5 Latar
            Latar yang digunakan dalam cerpen “Akal” ini adalah latar tempat dan suasana. Latar tempat yaitu di meja makan dan di kamar rumah. Adapun latar suasana yaitu sedih. Untuk latar waktu, pengarang tidak mendeskripsikan waktunya.
3.6  Gaya Bahasa
            Dalam cerpen ‘Akal” karya Fatma Elly, tidak banyak terdapat gaya bahasa yang digunakan. Hanya ada dua gaya bahasa yang digunakan, yaitu alegori dan klimaks. Dapat dilihat dalam kutipan berikut.
1)      alegori “Wajahnya terkurung kemarahan yang menyerbu”
2)      klimaks “Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga tahun,ia semakin tercandui barang tersebut”

3.7  Tema
            Adapun tema dari cerpen ini, yaitu suatu pekerjaan yang tidak baik biasanya akan berakhir dengan penyesalan dan rasa ketakutan.

3.8  Amanat
            Pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen ini yaitu hendaknya kita jangan putus asa dalam mencari pekerjaan. Dan dalam mencari pekerjaan kita juga harus memilih pekerjaan yang halal dan baik agar hasilnya tidaka merugikan diri sendiri maupun orang lain.

4. Kesimpulan
            Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan dari analisis strukturalisme pada cerpen “Akal” karya Fatma Elly yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, tema, dan amanat. Alur yang digunakan pengarang adalah alur mundur/flashback. Tokoh dan penokohan digambarkan pengarang dengan jelas sehingga pembaca mudah memahami cerpen tersebut. Untuk sudut pandang,  pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Selain itu dalam cerpen ini juga terdapat gaya bahasa, yaitu alegori dan klimaks. Tema dan amanat yang disampaikan pengarang dalam cerpen ini sangat menyentuh hati pembaca, pengarang menyampaikan pesannya agar kita berhati-hati dalam memilih pekerjaan, kalaupun belum memperoleh pekerjaan yang baik kita tidak boleh putus asa.




Daftar Pustaka

Ambary, Abdullah. 1998. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Datnika.
Anonim. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Daud. 2006. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI. Klaten: PT Intan Pariwara.
Elly, Fatma. 2008. Serial Gender Terpasung. Esta Blitz.
Eti, Nunung Yuli dkk. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X. Klaten: PT Intan Pariwara.
Pratiwi, Yuni. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Mukmin, Suhardi. 2008. Teori dan Aplikasi Semiotika dalam Cerpen Robohnya Surau Kami. Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya.
Sayuti, Suminto A.2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Jogjakarta: Gama Media
Sudjiman, P. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sundari, S. 1984. Memahami Cerpen-Cerpen Danarto. Jakarta: Pusat Bahasa.
Winahyutari, Andriani. 2004. Bahasa Indonesia untuk Kelas 3 SMP. Klaten: PT Intan Pariwara.




No comments:

Post a Comment