Saturday 1 February 2014

ANALISIS PUSAT PENGISAHAN DALAM CERPEN SERIAL GENDER TERPASUNG “AKAL” KARYA FATMA ELLY


ANALISIS PUSAT PENGISAHAN DALAM CERPEN SERIAL GENDER TERPASUNG “AKAL” KARYA FATMA ELLY

Oleh:
Sitra Wijaya                 NIM 06081002033


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
 Indonesia dan Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2010

1.    Pengertian Sudut Pandang dan Aspek-Aspeknya

            Sudut pandang merupakan salah satu unsur intrinsik cerpen. Winahyutari (2004:131) mengemukakan, “sudut pandang adalah cara pengarang menyampaikan ceritanya”. Pratiwi (2005:45) menyatakan sudut pandang ialah cara menampilkan tokoh atau pelaku di dalam cerita. Senada dengan dua pendapat di atas Ratna (2004:90), mengatakan sudut pandang atau point of view adalah cara pengarang menampilkan para tokoh cerita dalam cerita yang dipaparkannya. Jadi, sudut pandang adalah suatu teknik yang digunakan pengarang dalam menampilkan pelaku dalan ceritanya. Sudut pandang merupakan cara yang digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menjadikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiantoro, 2002:248).  Pratiwi (2005:45) menyatakan ada tiga macam sudut pandang, yaitu:
1)      Sudut pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan tokoh dalam ceritanya menggunakan orang pertama, seperti aku, saya, beta.
2)      Sudut pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan tokoh dengan menggunakan orang ketiga, seperti ia, dia, atau nama orang.
3)      Sudut pandang orang ketiga serba tahu, yaitu pengarang seolah-olah serba tahu sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan pikiran semua tokoh.
Menurut Abrams (dalam Nurgiantoro, 2002:252) secara umum sudut pandang  dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu.
1)      Sudut pandang orang ketiga “Dia”
Pengisahan cerita menggunakan sudut pandang personal ketiga, gaya “dia-an”, pengarang adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya, seperti ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, sering disebut dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Hal ini untuk mempermudah pembaca dalam mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang personal ketiga “Dia” dibedakan menjadi.
(1)   Sudut pandang “Dia” maha tahu
      Dalam sudut pandang ini dikisahkan dari sudut “Dia”. Pengarang mengetahui berbagai hal mengenai tokoh, peristiwa, dan tindakan termasuk motivasi yang membelakangi. Pengarang bersifat maha tahu segala yang terjadi.
(2)   Sudut pandang “Dia” sebagai pengamat
      Dalam sudut pandang ini pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikirkan, dan dirasakan oleh tokoh cerita.
2)   Sudut pandang personal pertama “Aku”
      Sudut pandang personal pertama “Aku” dibedakan menjadi.
1)      “Aku” tokoh utama
      Dalam sudut pandang ini, “Aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik secara batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu di luar dirinya. Si “Aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, dan pusat cerita. Segala sesuatu di luar si “Aku” peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan jika berhubungan dengan dirinya atau dianggap penting.
2)      “Aku” tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh “Aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan. Tokoh “Aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian “dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan bercerita sendiri itulah kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama selesai, si “Aku” tambahan tampil kembali dan meneruskan cerita.
3)        Sudut pandang campuran
Sudut pandang campuran adalah gabungan sudut pandang personal ketiga “Dia” dan sudut pandang personal pertama “Aku”.

2.   Analisis Pusat Pengisahan dalam Cerpen “Akal” Karya Fatma Elly

Identitas cerpen:
Judul buku kumpulan cerpen : Serial Gender Terpasung
Judul cerpen                            : Akal
Pengarang                               : Fatma Elly
Tahun terbit                             : 2008
Penerbit                                   : Esta Blitz
ISBN                                       : 978-979-15282-3-6

2.1 Sinopsis Cerita
            Diceritakan seorang lelaki yang berusia empat puluhan. Ia tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tua, tanpa seorangpun yang mendampingi. Ia selalu sedih, dalam kegagalan dan kesepian. Ia selalu teringat Ibu. Orang yang terakhir mendampinginya setelah kematian ayah. Dan ia adalah seorang sarjana.
Walaupun ia seorang sarjana, hingga kematian ibunya ia belum mendapatkan pekerjaan. Hatinya tersas semakin pedih. Betapa tidak ? Ia belum dapat membahagiakan, mengurus dan merawat terhadap penyakit yang diderita ibu, maut telah menjemput nyawa ibunya. Konon ibu yang sangat menyayanginya itu telah berjuang menyekolahkan, membanting tulang dengan berdagang barang pecahbelah, hanya karena ingin ia menjadi seorang sarjana. Mendapatkan pekerjaan, menjaddi orang yang terpandang dan bahagia. Bukan orang miskin yang hidupnya melarat.
Begitulah, Ibu meninggal. Ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Dan segala sesuatu tentang ibunya sangat membebani pikirannya. Terutama sekali ketidakberdayaan membahagiakan ibu lewat materi. Disamping masalahnya sendiri. Teman pendamping yang bisa menemani, menghibur diri, mengurus rumahnya itu, tidak juga didapati.
Setelah itu, ia bertemu dan diajak oleh Iwan pemuda yang baru dikenal saat ia mengamen di sebuah restoran datang ke pesta ulang tahun. Ia diminta Iwan untuk menyanyi di dalam grup band miliknya. Yang bisa meledak dalam pembuatankaset atau videoklipnya. Diiming-imingi seperti itu ia pun menyetujui. Dan ia pun datang ke pesta ulang tahun bersama Iwan. Ia menyanyikan beberapa lagu dan mendapatkan sambutan. Bahkan ia mendapat teman gadis-gadis cantik, minum dan bersenang.
Ternyata Iwan mempunyai niat yang jahat. Dalam rokok yang dihisapnya diberi suatu campuran yang diketahuinya sebagai ganja. Tidak hanya itu, sabu-sabu juga diberikan Iwan kepadanya. Dikenalkan dengan Rika. Dalampelukan Rika dan barang tersebut ia semakin terpaut, lupa dan semaput. Akhirnya, jadilah ia pengedar. Permintaan Iwan dan Rika tidak bisa ditolak. Karena ia pun sangat memerlukan.
Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga tahun, ia semakin tercandui barang haram tersebut. Dan kebutuhan terhadap barang itu diperolehnya melalui pekerjaannya sebagai pengedar. Sesekali ia memberontak, “Ternyata kau seorang pembunuh Wan”. Lucunya ia tak pernah mau menghindar dari iwan. Iwan baginya sudah sedemikian memerangkapnya, memasungnya dalam kebutuhan terhadap barang haram tersebut. Apalagi dengan ketiadaan ekonomi dan kerja selain itu.
Hingga suatu saat, ia semakin dirasuki bayang-bayang dan suara-suara. Takut, cemas, dendam, sakit hati, sepi, tegang menyebabkannya tidak sanggup lagi berdiri diatas fakta alam yang nyata. Pengaruh barang haram tersebut, yang sudah sedemikian lama dipakai tambah merusak otak, akal, dan jiwanya. Dan jadilah ia sebagai orang yang dikenal dengan sebutan: “Orang gila yang tidak waras lagi akalnya”.


2.2 Sudut Pandang
            Dalam cerpen “Akal” karya Fatma Elly ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal ini terlihat dari gaya penulisan pengarang yang menggunakan kata “Dia” sebagai pusat tokoh dalam cerita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
1.    Begitulah, Ibu meninggal. Ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Dan segala sesuatu tentang ibunya sangat membebani pikirannya. Terutama sekali ketidakberdayaan membahagiakan ibu lewat materi”.
2.    “Ia berumur empat puluhan. Tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tua”.
3.    “Ia tersenyum. Kegetiran nyata di bibirya. Kepahitan terasa di hatinya”.
            Hal yang sama juga terlihat mulai dari awal cerita sampai akhir cerita pada cerpen tersebut. Penulis menggunakan kata “Ia” dan “lelaki itu” untuk menggantikan tokoh utama. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
1.    “Lelaki itu tertawa. Suara kekehnya terdengar. Kegelian merasuk. Punggung dan kepalanya bergerak-gerak mengikuti alur tawanya”.
2.    “Ini berimbas pada lelaki itu. Yang ditanya ibu tentang pekerjaan, namun tidak juga diperoleh”.

DAFTAR PUSTAKA

Elly, Fatma. 2008. Serial Gender Terpasung. Esta Blitz.
Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Pratiwi, Yuni. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Ratna, Nyoman Kuhta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
Winahyutari, Andriani. 2004. Bahasa Indonesia untuk Kelas 3 SMP. Klaten: PT Intan Pariwara.





No comments:

Post a Comment