ANALISIS PUSAT PENGISAHAN DALAM CERPEN SERIAL GENDER TERPASUNG “AKAL” KARYA FATMA ELLY
Oleh:
Sitra Wijaya NIM 06081002033
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2010
1. Pengertian
Sudut Pandang dan Aspek-Aspeknya
Sudut pandang merupakan salah satu unsur intrinsik cerpen. Winahyutari
(2004:131) mengemukakan, “sudut pandang adalah cara pengarang menyampaikan
ceritanya”. Pratiwi (2005:45) menyatakan sudut pandang ialah cara menampilkan
tokoh atau pelaku di dalam cerita. Senada dengan dua pendapat di atas Ratna
(2004:90), mengatakan sudut pandang atau point of view adalah cara
pengarang menampilkan para tokoh cerita dalam cerita yang dipaparkannya. Jadi,
sudut pandang adalah suatu teknik yang digunakan pengarang dalam menampilkan
pelaku dalan ceritanya. Sudut pandang merupakan cara yang digunakan oleh
pengarang sebagai sarana untuk menjadikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams
dalam Nurgiantoro, 2002:248). Pratiwi
(2005:45) menyatakan ada tiga macam sudut pandang, yaitu:
1) Sudut
pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan tokoh dalam ceritanya
menggunakan orang pertama, seperti aku, saya, beta.
2) Sudut
pandang orang ketiga, ialah pengarang menampilkan tokoh dengan menggunakan
orang ketiga, seperti ia, dia, atau nama orang.
3) Sudut
pandang orang ketiga serba tahu, yaitu pengarang seolah-olah serba tahu
sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan pikiran semua
tokoh.
Menurut Abrams (dalam
Nurgiantoro, 2002:252) secara umum sudut pandang dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu.
1) Sudut pandang orang ketiga “Dia”
Pengisahan cerita menggunakan
sudut pandang personal ketiga, gaya “dia-an”, pengarang adalah seseorang yang
berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama
atau kata gantinya, seperti ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, sering
disebut dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Hal ini untuk mempermudah
pembaca dalam mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
Sudut pandang personal ketiga “Dia” dibedakan menjadi.
(1) Sudut pandang “Dia” maha tahu
Dalam sudut pandang ini
dikisahkan dari sudut “Dia”. Pengarang mengetahui berbagai hal mengenai tokoh,
peristiwa, dan tindakan termasuk motivasi yang membelakangi. Pengarang bersifat
maha tahu segala yang terjadi.
(2) Sudut pandang “Dia” sebagai pengamat
Dalam sudut pandang ini
pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikirkan, dan
dirasakan oleh tokoh cerita.
2) Sudut pandang personal pertama
“Aku”
Sudut pandang personal pertama
“Aku” dibedakan menjadi.
1) “Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang ini, “Aku”
mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik secara
batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu di luar
dirinya. Si “Aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, dan pusat cerita. Segala
sesuatu di luar si “Aku” peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan jika
berhubungan dengan dirinya atau dianggap penting.
2) “Aku” tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh
“Aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan. Tokoh
“Aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca sedang tokoh cerita yang
dikisahkan itu kemudian “dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai
pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan bercerita sendiri itulah kemudian
menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil membawakan berbagai
peristiwa, tindakan, dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita
tokoh utama selesai, si “Aku” tambahan tampil kembali dan meneruskan cerita.
3)
Sudut
pandang campuran
Sudut
pandang campuran adalah gabungan sudut pandang personal ketiga “Dia” dan sudut
pandang personal pertama “Aku”.
2. Analisis Pusat Pengisahan dalam Cerpen “Akal”
Karya Fatma Elly
Identitas cerpen:
Judul buku kumpulan cerpen : Serial Gender
Terpasung
Judul cerpen :
Akal
Pengarang :
Fatma Elly
Tahun terbit :
2008
Penerbit :
Esta Blitz
ISBN :
978-979-15282-3-6
2.1 Sinopsis Cerita
Diceritakan
seorang lelaki yang berusia empat puluhan. Ia tinggal sendiri di rumah
peninggalan orang tua, tanpa seorangpun yang mendampingi. Ia selalu sedih,
dalam kegagalan dan kesepian. Ia selalu teringat Ibu. Orang yang terakhir
mendampinginya setelah kematian ayah. Dan ia adalah seorang sarjana.
Walaupun ia seorang sarjana, hingga kematian ibunya ia belum mendapatkan
pekerjaan. Hatinya tersas semakin pedih. Betapa tidak ? Ia belum dapat
membahagiakan, mengurus dan merawat terhadap penyakit yang diderita ibu, maut
telah menjemput nyawa ibunya. Konon ibu yang sangat menyayanginya itu telah
berjuang menyekolahkan, membanting tulang dengan berdagang barang pecahbelah,
hanya karena ingin ia menjadi seorang sarjana. Mendapatkan pekerjaan, menjaddi
orang yang terpandang dan bahagia. Bukan orang miskin yang hidupnya melarat.
Begitulah, Ibu meninggal. Ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Dan segala
sesuatu tentang ibunya sangat membebani pikirannya. Terutama sekali
ketidakberdayaan membahagiakan ibu lewat materi. Disamping masalahnya sendiri.
Teman pendamping yang bisa menemani, menghibur diri, mengurus rumahnya itu,
tidak juga didapati.
Setelah itu, ia bertemu dan diajak oleh Iwan pemuda yang baru dikenal
saat ia mengamen di sebuah restoran datang ke pesta ulang tahun. Ia diminta
Iwan untuk menyanyi di dalam grup band miliknya. Yang bisa meledak dalam
pembuatankaset atau videoklipnya. Diiming-imingi seperti itu ia pun menyetujui.
Dan ia pun datang ke pesta ulang tahun bersama Iwan. Ia menyanyikan beberapa
lagu dan mendapatkan sambutan. Bahkan ia mendapat teman gadis-gadis cantik,
minum dan bersenang.
Ternyata Iwan mempunyai niat yang jahat. Dalam rokok yang dihisapnya
diberi suatu campuran yang diketahuinya sebagai ganja. Tidak hanya itu,
sabu-sabu juga diberikan Iwan kepadanya. Dikenalkan dengan Rika. Dalampelukan
Rika dan barang tersebut ia semakin terpaut, lupa dan semaput. Akhirnya,
jadilah ia pengedar. Permintaan Iwan dan Rika tidak bisa ditolak. Karena ia pun
sangat memerlukan.
Hari demi hari,
bulan demi bulan, hingga tahun, ia semakin tercandui barang haram tersebut. Dan
kebutuhan terhadap barang itu diperolehnya melalui pekerjaannya sebagai
pengedar. Sesekali ia memberontak, “Ternyata kau seorang pembunuh Wan”. Lucunya
ia tak pernah mau menghindar dari iwan. Iwan baginya sudah sedemikian
memerangkapnya, memasungnya dalam kebutuhan terhadap barang haram tersebut.
Apalagi dengan ketiadaan ekonomi dan kerja selain itu.
Hingga suatu saat, ia semakin dirasuki bayang-bayang dan suara-suara.
Takut, cemas, dendam, sakit hati, sepi, tegang menyebabkannya tidak sanggup
lagi berdiri diatas fakta alam yang nyata. Pengaruh barang haram tersebut, yang
sudah sedemikian lama dipakai tambah merusak otak, akal, dan jiwanya. Dan
jadilah ia sebagai orang yang dikenal dengan sebutan: “Orang gila yang tidak
waras lagi akalnya”.
2.2 Sudut Pandang
Dalam
cerpen “Akal” karya Fatma Elly ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Hal ini terlihat dari gaya penulisan pengarang yang menggunakan kata “Dia”
sebagai pusat tokoh dalam cerita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
1. “Begitulah, Ibu meninggal. Ia belum
juga mendapatkan pekerjaan. Dan segala sesuatu tentang ibunya sangat membebani
pikirannya. Terutama sekali ketidakberdayaan membahagiakan ibu lewat materi”.
2. “Ia berumur empat puluhan. Tinggal sendiri
di rumah peninggalan orang tua”.
3. “Ia tersenyum. Kegetiran nyata di bibirya.
Kepahitan terasa di hatinya”.
Hal
yang sama juga terlihat mulai dari awal cerita sampai akhir cerita pada cerpen
tersebut. Penulis menggunakan kata “Ia” dan “lelaki itu” untuk menggantikan
tokoh utama. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
1. “Lelaki itu tertawa. Suara kekehnya
terdengar. Kegelian merasuk. Punggung dan kepalanya bergerak-gerak mengikuti
alur tawanya”.
2. “Ini berimbas pada lelaki itu. Yang
ditanya ibu tentang pekerjaan, namun tidak juga diperoleh”.
DAFTAR
PUSTAKA
Elly, Fatma. 2008. Serial Gender Terpasung. Esta Blitz.
Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori
Pengkajian Fiksi. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Pratiwi, Yuni. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas
X. Jakarta: Erlangga.
Ratna, Nyoman Kuhta. 2004. Teori,
Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
Winahyutari, Andriani.
2004. Bahasa Indonesia untuk Kelas 3 SMP.
Klaten: PT Intan Pariwara.
No comments:
Post a Comment