Saturday 19 March 2011

Abdullah bin Abdulkadir Munsji

        Pembabakan sastra Indonesia sudah dimulai sebelum 900 M. Masa sebelum 900 M hingga 1800 disebut dengan Sastra Melayu Klasik. Abdullah bin Abdulkadir Munsji adalah seorang sastrawan masa peralihan (1800-1854). Beliau terkenal sebagai perintis yang membawa udara baru dalam dunia sastra indonesia.
        Abdullah dilahirkan pada tahun 1796 di Malaka dan meninggal dalam perziarahannya ke tanah suci pada tahun 1854 di Jedah. Ia seorang peranakan Malaka dan Melayu yang sering disebut “Anak Jawi Pekan”. Abdullah hidup dalam asuhan dan pendidikan ayahnya yang keras serta ada di tengah-tengah suasana keagamaan. Dalam pergaulan, Abdullah tidaklah canggung walaupun dengan orang yang berlainan bangsa dan agama sekalipun. Seperti telah kita ketahui pada zaman Abdullah Inggris telah menguasai Malaka serta melancarkan politik dan menghembuskan kebudayaan barat. Namun, Ia terkenal melalui persahabatannya dengan ketiga orang Inggris yakni, Raffles, Milne dan Thomson.
       Segenap faktor di atas itu dan ditambah pula keras hatinya Abdullah, menyebabkan pada dirinya mengalir pandangan yang luas di dalam segala hal. Zaman Abdullah merupakan zaman peralihan dalam segenap segi kebudayaan. Di lapangan politik, kerajaan-kerajaan melayu mengalami keruntuhannya, sebaliknya kekuasaan Inggris semakin tertanam dengan teguh.
       Abdullah adalah perintis kesusastraan baru. Berlainan dengan pengarang-pengarang sebelumnya yang bernafaskan fantasi dan istana, Abdullah dalam ciptaannya menunjukkan objektivitasnya. Ia mengarang hal-hal dari kehidupan sehari-hari. Hal ini dibuktikan dalam karangannya yang berupa biografi, autobiografi, dan kisah. Begitu pula dengan bahasa yang dipergunakannya itu tidak terlalu terikat oleh cara pemakaian kata-kata yang sudah tetap, melainkan diusahakannya kekuatan ekspresinya dalam pemilihan kata-kata yang tepat. Kata-kata dan kalimat Arab yang biasa menghiasi kesusastraan lama dikuranginya.
       Julukan “Munsji” yang diberikan kepada Abdullah sungguh tepat sekali, oleh karena Ia seorang Intelek ahli bahasa Melayu. Disamping itu ia juga faham akan bahasa-bahasa Inggris, Arab, dan Tamil. Abdullah selaku ahli bahasa dan pengarang yang produktif dibuktikan oleh karya-karyanya, antara lain “Hikayat Abdullah” berisi auto-biografi, biografi orang terkemuka pada masa itu serta lukisan keadaan orang-orang sekitarnya, “Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsji dari Singapura ke Kelantan dan Trengganu”, puisi gubahannya Syair Singapura dimakan Api, “Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah”, dan Pancatanderan (terjemahan Pancatantra dari bahasa Tamil ke dalam bahasa Melayu).
      Disamping itu, masih banyak jasa-jasa Abdullah, diantaranya menyajikan naskah “Kamus bahasa Melayu”, memberikan bantuan dalam penerbitan “Sejarah Melayu”, menyalin “Kitab Suci Al-Qur’an”, mengadakan penyelidikan atas “Pantun”, mengadakan penyelidikan atas “Tata Bahasa Melayu”, dan memberikan bantuan kepada para Paderi orang Inggris dalam menterjemahkan Kitab suci Al-Injil ke dalam bahasa Melayu.
       Itulah sekilas tentang Abdullah bin Abdulkadir Munsji, sangat disayangkan sesudah Ia kesusastraan Indonesia mengalami masa vakum selama lebih lebih dari setengah abad (± 1920). Tidak diketahui penyebabnya, karena sangat sedikit informasi. Memang ada pengarang pada masa itu, namun jumlahnya sedikit sekali dan mereka masih berpegang kepada tradisi kesusastraan Indonesia lama, artinya mereka tidak melanjutkan kesusastraan yang telah dirintis oleh Abdullah. Nama pengarang pada masa ini diantaranya adalah Raja Ali Haji dan Haji Ibrahim Datuk Rangkajo.
        Kesusastraan semasa Abdullah disebut dengan Pra-angkatan, karena setelah itu pembabakan sastra di Indonesia sudah memiliki sebutan. Pra-angkatan memang tidak banyak dimuat dalam buku-buku sastra. Untuk itu kita harus mempelajarinya dengan mencari informasi yang benar tentang sastra pra-angkatan supaya kita tidak salah menyampaikan informasi nantinya. Hal tersebut bisa menambah wawasan kita dalam menulis karya sastra. Sebagai pelajar atau mahasiswa kita harus menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya karya sastra.

No comments:

Post a Comment