TEKNIK DICTOGLOSS
Kata dictogloss berasal bahasa Inggris dan terdiri dari dua kata, yaitu
kata dicto atau dictate yang artinya dikte atau imla, dan kata gloss
yang artinya tafsir. Penulis berpendapat, bahwa teknik ini merupakan
gabungan dua teknik, yaitu dikte dan tafsir. Setelah teks dibacakan
dengan cara didiktekan, maka para siswa harus menafsirkan teks cerita
yang telah ia dengar tersebut.
David Nunan dalam Azies dan Alwasilah, (1996:85), mengemukakan bahwa
teknik dictogloss, yaitu sebuah teknik dalam pengajaran menyimak yang
tergolong komunikatif. Dalam teknik ini guru membacakan sebuah wacana
singkat kepada siswa dengan kecepatan normal dan siswa diminta
menuliskan kata sebanyak yang mereka mampu. Mereka kemudian bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil untuk merekonstruksi wacana dengan
berdasarkan serpihan-serpihan yang telah mereka tulis. Teknik ini mirip
dengan teknik dikte tradisional, walaupun hanya bersifat superficial.
Dengan teknik ini siswa dilatih untuk mendengarkan, memahami,
menginterpretasikan serta memberikan tanggapan terhadap informasi yamg
didengarkannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa di dalam
teknik dictogloss terdapat dua buah teknik yang digunakan sebagai upaya
pemahaman sebuah wacana lisan, yakni dikte dan teknik identifikasi kata
kunci. Teknik dikte digunakan ketika wacana diperdengarkan kepada siswa
dengan kecepatan normal, sedangkan teknik identifikasi kata kunci
digunakan ketika siswa diminta menuliskan kata-kata kunci atau kata-kata
isi sebanyak yang mereka mampu. Djago Tarigan (1986:52), menyatakan
bahwa identifikasi kata kunci adalah memilih kata yang merupakan pokok
pikiran utama dalam wacana, maka dalam teknik dictogloss perlu adanya
penemuan kata-kata yang merupakan kata kunci. Wacana lisan yang
didengarkan oleh siswa, yaitu berupa rekaman cerita dalam kaset. Rekaman
cerita tersebut merupakan salah satu media audio. Aristo Rahadi
(Depdiknas, 2003:33), menyatakan bahwa media audio sering digunakan di
sekolah. Program kaset audio termasuk media yang sudah memasyarakat
hingga ke pelosok pedesaan dan cukup ekonomis, karena biaya yang
diperlukan untuk pengadaan dan perawataan cukup murah untuk membantu
guru dalam menyampaikan pelajaran.
Akhirnya dapat penulis simpulkan bahwa teknik dictogloss, yaitu teknik
yang digunakan dalam pengajaran menyimak dengan cara menyajikan sebuah
wacana lisan kepada siswa dan mereka bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk merekontruksi wacana yang berdasarkan
kepada kata-kata kunci tadi.
1. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Dictogloss
Ada empat langkah dalam teknik dictogloss yang dikemukan oleh David Nunan dalam Azies dan Alwasillah (1996:86), yaitu:
a. Persiapan.
Pada tahap ini guru mempersiapkan siswa untuk menghadapi teks yang akan
mereka dengar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
mendiskusikan gambar stimulus, dengan membahas kosakata, dengan
meyakinkan bahwa siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan dengan
meyakinkan bahwa siswa ada pada kelompok yang sesuai.
b. Dikte.
Pembelajar mendengarkan dikte dua kali. Pertama mereka hanya
mendengarkan dan mendapatkan gambaran umum teks tersebut. Kedua, mereka
membuat catatan, dengan dimotivasi akan membantu mereka merekontruksikan
teks. Untuk alasan konsistensi, lebih baik siswa mendengarkan teks
tersebut melalui tape recorder bukan dari teks yang dibacakan guru.
c. Rekonstruksi.
Pada akhir dikte, pembelajar mengumpulkan catatan-catatan dan menyusun
kembali teks versi mereka. Selama tahap ini perlu diingat bahwa guru
tidak memberikan masukan bahasa pada siswa.
d. Analisis dan Koreksi.
Ada berbagai cara untuk menangani tahap ini. Pertama, setiap teks versi
siswa bisa ditulis pada papan tulis atau ditayangkan melalui overhead
projector (OHP). Kedua, teks bisa diperbanyak dan dibagi-bagikan kepada
semua siswa. Ketiga, siswa bisa membandingkan versi mereka dengan teks
asli, kalimat demi kalimat.
2. Kelebihan Teknik Dictogloss
Teknik dictogloss ini bisa menjadi jembatan yang berguna antara menyimak
Bottom up dan Top down. Dalam kasus pertama, pembelajar terutama
berurusan dengan bagaimana mengenali unsur-unsur individual dalam teks
(strategi bottom-up). Namun, selama diskusi kelompok-kelompok kecil,
beberapa atau semua strategi top down mungkin disertakan. Pada strategi
ini, pembelajar akan mengintegrasikan pengetahuan “dalam kepala” atau
background knowledge mereka. Dengan teknik dictogloss pembelajar akan
mampu:
a. Membuat prediksi.
b. Membuat inferensi-inferensi hal-hal yang tidak ada dalam teks.
c. Akan mengenali topik teks.
d. Akan mengenali jenis teks (apakah naratif, deskriptif, anekdot, dan sebagainya).
e. Akan mengenali berbagai jenis hubungan semantik di dalam teks (Azies dan Alwasilah, 1996:85-86).
Dengan demikian, teknik dictogloss mampu memanfaatkan prinsip bahwa dua
kepala selalu lebih baik daripada satu kepala. Siswa mampu mengumpulkan
dan memanfaatkan sumber-sumber, bahkan siswa yang tergolong low-level.
Dengan bekerja sama, siswa akan mampu melakukan sesuatu di atas
kompetensi mereka yang sebenarnya. Tentu saja, pengajaran menyimak
dengan teknik ini tidak harus mendominasi seluruh waktu dalam suatu
tatap muka. Ia bisa diintegrasikan dalam pelajaran apapun. Tahap
pemanasan merupakan tahap yang paling cocok dan dapat menyediakan cukup
kesempatan untuk aktivitas menyimak ini, karena pada tahap ini kita
dapat membiasakan siswa dengan bahasa.
3. Kelemahan Teknik Dictogloss
Aristo (Depdiknas,2003:34), mengutarakan kelemahan dalam menggunakan media rekaman adalah sebagai berikut.
a. daya jangkaunya terbatas, tidak bisa didengarkan secara massal;
b. jika jumlah sasarannya sedikit dan hanya sekali pakai, maka biaya produksi menjadi mahal;
c. cenderung verbalisme karena semua informasi hanya disajikan melalui
suara, sehingga sulit untuk menyajikan materi yang bersifat sangat
teknis, praktek, dan eksak.
Tidak ada sebuah teknik pun yang sempurna. Jika teknik tersebut memiliki
kelebihan, maka kelemahan pun pasti dimiliki oleh teknik tersebut.
Begitupun dengan teknik dictogloss dalam pelaksanaannya di lapangan
terdapat beberapa kelemahan. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Kurangnya pengadaan media., karena dalam teknik dictogloss ini memerlukan media yang baik dan tepat.
b. Kurangnya waktu yang tersedia, karena dalam teknik dictogloss ini memerlukan waktu yang lebih lama.
4. Penggunaan Media Rekaman dalam Teknik Dictogloss
Media rekaman atau media audio ialah media yang berkenaan dengan indera
pendengaran, seperti kaset dan radio. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, bahwa dalam teknik dictogloss lebih baik bila digunakan
media rekaman sebagai alat bantu audio. Penggunaan teknik ini
dimaksudkan untuk:
a. Membuat pembelajaran lebih produktif.
b. Membuat pembelajaran lebih langsung dan segera.
c. Membuat pembelajaran lebih seimbang dan merata (Azies dan Alwasilah, 1996:86).
Oleh karena itu, penggunaan media rekaman atau media audio ini sangat
dianjurkan dalam pembelajaran menyimak. Namun, untuk meraih keberhasilan
dalam penggunaan media ini perlu diketahui beberapa hal, seperti
kedudukan penyimak, sifat media, langkah dalam penulisan naskah, dan
komponen dalam program audio.
Di dalam komunikasi, penyimak itu mempunyai kedudukan yang penting.
Komunikasi akan dikatakan efektif jika para penyimak terpikat
perhatiannya, dapat memahami isi pesan yang disampaikan, dan melakukan
kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat oleh penyusun program. Untuk
memproduksi program perlu diperhatikan sifat-sifat media yang digunakan.
Media audio itu bersifat auditif. Isi program yang disampaikan di
telinga penyimak itu hanya sepintas lalu saja. Penyimak yang tidak
berkonsentrasi tentu tidak dapat menangkap pesan yang disampaikan. Bila
penyusun program ingin mendapatkan hasil yang baik, program media ini
harus bersifat akrab dengan penyimak.
Penulis naskah audio harus memperhatikan kemampuan berpikir penyimaknya.
Jenis penyimak itu sangat menentukan isi pesan dan bahasa yang
dipergunakan dalam penulisan naskah. Naskah audio yang disajikan untuk
pelajar harus mempergunakan kata-kata dan kalimat yang diketahui oleh
pelajar. Beberapa langkah dalam penulisan naskah diantaranya:
a. menentukan topik;
b. melakukan penelitian mengenai pokok masalah;
c. membuat garis besar;
d. menentukan format;
e. menulis konsep;
f. mengecek konsep; dan
g. menulis naskah.
Pada akhirnya, dapat penulis simpulkan penggunaan media rekaman atau
media audio dalam pembelajaran menyimak dengan teknik dictogloss sangat
penting dan dapat menunjang keberhasilan dalam kegiatan menyimak.
5. Langkah-Langkah untuk Mengatasi Kelebihan/Kekurangan dalam Penggunaan Teknik Dictogloss
Dalam pembelajaran menyimak dengan teknik dictogloss diperlukan adanya
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi kelebihan/kekurangan
dalam penggunaannya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Guru harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya,
baik secara teknis maupun praktis, yaitu persiapan tertulis maupun tidak
tertulis. Dimulai dari mempersiapkan siswa, media dan sumber, sarana
dan situasi yang mendukung terlaksananya pembelajaran menyimak ini.
b. Dalam menggunakan media harus tepat sehingga tidak terjadi verbalisme, efektif dan efisien.
c. Pada tahap rekonstruksi, guru harus memberi keleluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, ide-ide, dan pendapatnya.
d. Dalam menganalisis dan mengoreksi, setiap hasil pendapat siswa lebih
dihargai dan dinilai dengan seobyektif mungkin sehingga tidak
menjatuhkan siswa.
e. Dengan teknik ini guru dapat memberikan cara yang tepat untuk menyerap informasi lain.
ass. boleh minta bukunya gak tentang dictogloss
ReplyDelete